SOLOPOS.COM - Depot Asri (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Depot Asri (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Membanjirnya rumah makan dengan makanan khas China, Barat, Korea dan Jepang maupun masakan Nusantara tidak membuat pamor masakan Jawa meredup.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kendati masakan Jawa merupakan makanan rumahan, penggemarnya seakan tidak pernah surut. Tidak hanya orang Solo, warga pendatang dari berbagai kota seperti Surabaya, Jakarta dan Pacitan juga banyak yang keranjingan masakan Jawa.

Selain rasanya, masakan Jawa mudah merangsang selera lantaran semua masakan disajikan di meja maupun etalase terbuka sehingga pembeli bisa memilih apa yang disukainya. Saking banyaknya menu yang disajikan, tidak sedikit pembeli yang kadang dibuat bingung.

Pemilik RM Depot Asri, Yuki Anna, mengatakan semua masakan Jawa yang disediakannya di-display dalam etalase terbuka sehingga bebas dilihat pembeli. Sebagian besar pembeli di RM ini berasal dari kalangan pekerja instansi perbankan.

“Dulu yang makan di sini diambilkan pelayan tapi atas permintaan pelanggan sekarang sistemnya pokwe atau ambil sendiri, biar mereka bisa bebas memilih tanpa harus diburu antrean,” terangnya ketika ditemui Espos, Kamis (2/8).

Menyajikan semua menu masakan secara terbuka juga dilakukan Warung Makan Masja (Masakan Jawa) Hj Karsi. Bedanya, makanan di tempat tersebut dibiarkan dipajang di meja besar termasuk lauk dan aneka gorengan.

“Semua masakan dilihatkan semua supaya orang tertarik. Lihat masakannya yang begitu banyak saja orang sudah senang dulu, apalagi kalau sudah makan. Saya menyajikan masakan di panci, itu ciri khas di sini,” katanya.

Untuk memudahkan, pembeli dilayani khususnya ketika memilih sayur. Banyaknya pengunjung, menurut Hj Karsi, tak jarang menyebabkan antrean ia memberlakukan sistem tersebut agar semua pembeli terlayani dengan cepat.

“Kalau pilih lauk bisa ambil sendiri, semua lauk juga dipajang termasuk rempeyek udang dan rempeyek teri serta botok tengiri,” katanya.

Beda warung makan tentu beda sistem. Di WM Masja Bu Kumba, pengambilan makanan lebih fleksibel. Mau dilayani atau ambil sendiri semuanya bisa.

“Orang mau makan biasanya ingin yang cepat, tidak menunggu lama. Jadi, kami bebaskan pembeli memilih sesukanya,” ujar pelayan WM Bu Kumba, Kustinah.

Seberapa pun enak dan mudahnya mengambil makanan, bagi sebagian orang, ritual makan kurang lengkap tanpa sajian sambal. Karena itu, jika Anda pencinta pedas, dijamin tidak akan kecewa. Hampir semua tempat makan penyedia masakan Jawa memiliki sambal andalan seperti sambal kecap, sambal terasi mentah dan matang maupun sambal jengkol dan pete.

Soal harga, masakan Jawa terbilang cukup terjangkau tergantung menu. Di RM Depot Asri, menu andalan gadon seharga Rp6.000/bungkus, nasi asem-asem bakar dibanderol Rp9.000/porsi, nasi oseng Rp4.500/porsi.

Sementara di WM Masja Hj Karsi, cukup bermodal Rp5.000, pengunjung bisa mendapatkan seporsi nasi sayur, lalu opor ayam Rp10.000/porsi, kikil Rp12.000/porsi, brongkos Rp15.000/porsi serta garang asem Rp6.000.

Sedangkan di WM Masja Bu Kumba yang mengusung tema Murah Meriah Waras Wareg, nasi sayur Rp4.000/porsi, nasi kikil Rp6.000/porsi dan gulai tangkar sapi Rp6.000/porsi.

Warung Hj. Karsi (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Warung Bu Kumba (FOTO: Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

Warung Hj. Karsi (FOTO: Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya