SOLOPOS.COM - BUBUR Karmila di Kedai Moy Moy, The Park Mall, Solo Baru. (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Bubur kental yang oleh sebagian masyarakat Jawa disebut jenang merupakan olahan khas yang kerap kali tak terpisahkan dari upacara tradisi Jawa. Itulah pasalnya, pembuatan jenang biasanya didasarkan dengan resep tradisi dari nenek moyang.

Pembuatan bubur kental atau jenang tradisional Jawa tak terlalu rumit. Meski demikian, proses itu perlu ditunjang dengan bahan yang bermutu agar menghasilkan jenang yang nikmat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Itulah resep yang selama ini dipegang teguh oleh Nurul Fadilah, pemilik Kedai Jenang Laweyan Omi, di Jl. dr. Radjiman No. 456, Bumi, Laweyan, Solo, tepatnya di depan pom bensin Laweyan. Di kedai bergaya etnik Jawa itu ditawarkan pelbagai jenang tradisional Jawa, seperti jenang sumsum, jenang sagu, jenang pati tela, jenang mutiara, jenang ketan hitam, dan jenang grendul.

Salah seorang anak Nurul, Ika Putri, mengatakan semua resep jenang di kedai yang dikelolanya merupakan resep keluarga yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang.

Bahan Bermutu
Menurut Ika, yang membedakan jenang di kedainya dengan jenang yang dijual pedagang lain adalah rasa manisnya. Pengunjung yang sudah pernah merasakan jenang di tempat lain, lalu merasakan jenang di Kedai Jenang Laweyan Omi, menurut Ika, pasti bisa merasakan perbedaan rasanya.

“Walaupun produknya sama, rasa manisnya berbeda. Manisnya jenang di tempat kami lebih terasa,” ujar Ika di kedai tersebut, Kamis (28/8/2014).

Ia mengaku pantang menggunakan pemanis buatan. Karena itu, banyak orang bilang manisnya gula yang ia pakai membuat jenang sesuai selera mereka. “Misalnya bubur mutiara, itu akan berbeda sekali rasanya dibandingkan jenang mutiara di tempat lain,” papar dia.

Rahasia untuk itu, sambung Ika, yakni penggunaan bahan baku yang bermutu. Dia tidak menggunakan bahan baku yang dijual secara kiloan di pasar. Karena menggunakan bahan yang berkualitas itulah, menu jenang di Kedai Jenang Laweyan Omi semakin diminati banyak orang.

Padahal, kata Ika, dulu jenang buatan ibunya itu tidak dijual di kedai, melainkan hanya dibawa saat ada arisan. Karena responsnya bagus dan banyak orang yang suka, lambat laun semakin banyak pesanan dan akhirnya ia memutuskan membuka kedai di depan SPBU Laweyan.

Beberapa tahun terakhir, Kedai Jenang Laweyan Omi mengikuti festival jenang dan sejumlah festival kuliner di Kota Solo.

Bahan Standar
Hal serupa diungkapkan Imelia, pemilik Gerai Moy Moy Bubur Manis Taiwan di Foodpark The Park Mall, Solo Baru. Gerai Moy Moy yang berpusat di Jogja itu juga memakai bahan bermutu dan proses pembuatannya menggunakan teknik khusus sehingga bisa menghasilkan bubur yang kenyal.

“Semua bahannya sudah ada standarnya, sehingga bubur yang dijual di Solo, kualitasnya sama dengan yang di Jogja,” papar dia.

Imelia menambahkan untuk menarik pengunjung, menu bubur di Gerai Moy Moy diberi nama-nama yang unik dan disesuaikan dengan pemakaian bahan serta tampilannya. Beberapa pengunjung yang sudah pernah mencicipi bubur ala Taiwan itu, imbuh Imelia, biasanya akan datang lagi bersama teman-teman mereka. Hal itu menandakan bubur manis di Gerai Moy Moy diminati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya