Lifestyle
Jumat, 21 Maret 2014 - 04:50 WIB

KULINER SOLORAYA : Masakan Solo Punya Sejarah, Sate Kere Simbol Perlawanan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sate Kere Yu Rebi (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Tiga masakan khas Solo masuk 30 Ikon Kuliner Nusantara yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Layaknya masakan khas Solo, orak-arik buncis, nasi liwet, dan minuman kunyit asam yang menghiasi rangkaian 30 Ikon Kuliner Nusantara itu kaya nilai sejarah dan filosofis.

Executive Chef Hotel Baron Indah Jeffrey Y. Kotta mengatakan salah satu syarat masuk 30 ikon kuliner Nusantara adalah bahannya mudah didapat, ada pelakunya, ada cerita filosofinya, dan masih orisinal. Orak-arik buncis, imbuh dia, bisa memenuhi semua kriteria itu.

Advertisement

Dicontohkannya filosofi buncis yang termasuk sayuran panjang sehingga menyimbolkan kesombongan. Agar kesombongan tidak menyelimuti kehidupan seseorang, sayuran itu harus dipotong pendek-pendek.

Sejarawan muda asal Solo Heri Priyatmoko mengatakan hampir semua makanan tradisional di Solo sejatinya memiliki sejarah di masa lalu. Dia lalu membahas tentang sate kere sebagai contoh.

Menurut Heri, sate kere dibuat sebagai bentuk perlawanan dari kaum bawah terhadap kaum bangsawan dan orang kaya dalam budaya feodal Kota Solo. Dahulu kala, kisahnya, satai adalah makanan mahal sehingga hanya orang-orang berduit yang bisa menyantapnya.

Advertisement

Orang kecil, menurut Heri terlalu sayang membelanjakan uang untuk jajan satai. Mereka lebih memilih makan di warung yang harganya murah.

Lantaran ingin pula merasakan lezatnya satai, rakyat jelata yang tak punya uang akhirnya menciptakan satai dengan bahan artifisial nondaging. Bahan yang mereka gunakan adalah jerohan sapi, seperti paru, usus, dan sebagainya serta tempe gembus.

“Walaupun rasanya berbeda, tapi yang penting bentuknya seperti satai. Baunya juga menyerupai satai daging. Bahan seperti jerohan sapi dan tempe gembus itu sebagai daya tanding. Tapi itu justru melahirkan kuliner yang lebih lengkap lagi,” ujar Heri saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Advertisement

Walaupun hanya dengan bahan apa adanya, satai yang dihidangkan dengan lontong ini memberikan kepuasan tersendiri terhadap kalangan masyarakat bawah. Pada zaman dulu, sate kere dijajakan berkeliling dari gang ke gang kampung. Namun saat ini kebanyakan pedagang sate kere mangkal di suatu tempat.

Sate kere bisa dijumpai di beberapa tempat di Solo, seperti Sate Jeroan Yu Rebi di Jl. Kebangkitan Nasional No. 1-2, Penumping, Laweyan, Solo. Harga seporsi Sate Kere Rp13.000. Sate Kere juga bisa dijumpai di sebuah warung di kawasan Ngarsopuro dan depan toko swalayan Sami Luwes, Jl. Slamet Riyadi, Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif