SOLOPOS.COM - (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Untuk menikmati aneka makanan kecil atau jajanan, kita tak selalu harus menyambangi toko roti. Di perkantoran atau tempat-tempat perbelanjaan tradisional kita bisa menikmati aneka jajanan yang dibawa di dalam tenong atau wadah makanan besar yang terbuat dari logam tipis. Di setiap tempat pun biasanya ada pedagang yang menjadi langganan.

Misalkan saja di kawasan Balaikota Solo. Di sini ada Minarti, 47, yang biasa berkeliling di kompleks perkantoran itu dengan membawa tiga tingkat tenong atau wadah berbentuk lingkaran berisi aneka jajanan. Sekilas memang tak ada yang istimewa dari penjaja jajanan yang menggendong tenong atau seringkali disebut tenongan ini. Semua jajanan yang ia bawa tak tampak sebelum satu per satu tenong itu dibongkar.

Meski hampir setiap hari ia menjajakan makan di areal ini, namun dia seringkali mengganti-ganti aneka jajanan yang mereka bawa. Hal itu tak lain agar pelanggannya tak bosan. Sedikitnya ada tiga tingkat tenong yang dibawa Minarti untuk berkeliling dari pukul 08.00 WIB-16.00 WIB ini. Mulai dari jajanan pasar, kudapan ringan dan jenang pun ia pasarkan. Sebut saja kue moho. Sajian kue ini tampak seperti bolu yang terbuat dari tepung terigu. Minarti mengungkapkan meski sekilas sama tetapi bahan dasar kue ini dari tepung singkong yang telah dikeringkan. “Ini dari tepung gaplek yang dikukus dan diberi rasa manis dari gula tebu. Harga satu kue moho berukuran sedang ini dipatok Rp 1000-an,” jelas dia.

Aneka jajanan lain yang ia bawa di antaranya, ketan bubuk kedelai, bakwan pia, gethuk lindri dan aneka lauk seperti tahu dan tempe bumbu bacem. Aneka jajanan ini harganya berkisar Rp 500 hingga Rp 2.000. Memang sejumlah makanan itu masih sering dijumpai di pasar tradisional di kawasan Soloraya, namun biasanya orang tak sabar harus berpindah-pindah dari satu pedagang ke pedagang lainnya. “Ada beberapa makanan yang gampang dijumpai, tapi ada juga yang mulai jarang seperti bakwan pia,” jelasnya.

Minarti mengatakan dari bentuknya bakwan ini memang sama dengan bakwan sayur pada umumnya. Bedanya bakwan pia ini hanya berisi daun bawang dan terasa gurih. Potongan udang di bagian atas bakwan kerap menjadi penanda jajanan ini. “Untuk melengkapi aneka jajanan itu, saya juga menjajakan susu kedelai dan sari kacang hijau,” ulasnya.

Tak hanya makanan khas Solo yang unik dan jarang ditemui, makanan seperti lumpia khas Semarang pun bakal menggoda selera. Meski barang dagangannya tak selengkap lainnya, Lestari, 34, memanjakan pelanggannya dengan lumpia dan aneka lauk dalam keadaan hangat. “Saat masih hangat kulit lumpia akan terasa krispi. Dilengkapi acar, isi rebung dari lumpia yang gurih dan manis pasti jadi kudapan siang hari yang nikmat,” ungkap Lestari, 34, bernada promosi.

Bagi Anda yang tak ingin begitu kenyang saat bersantap siang, pilihan menikmati jenang ayu atau pis kopyor pasti bikin Anda tak bisa menolak. Menurut pedagang tenongan di kawasan Gladak, Solo, Sugeng, 36, sajian ini memang nikmat disajikan saat hangat maupun dingin. Satu bungkus jenang ayu beraroma pandan yang memadukan rasa gurih dari santan dan manis ini juga cocok untuk sajian penutup. “Kuah pis kopyor yang paling nikmat karena ada rasa degan, kolang kaling dan bubur roti,” terangnya.

Dina Ananti Sawitri Setyani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya