SOLOPOS.COM - Sayur sop merupakan salah satu makanan tradisional sumber gizi tinggi. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Ahli teknologi pangan Hindah Muaris mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan gizi keluarga dan menurunkan stunting masyarakat adalah melalui makanan tradisional yang saat ini sudah ditinggalkan karena dianggap kurang praktis. Simak ulasannya di tips makanan sehat kali ini.

“Strategi gastronomi dengan menu gizi seimbang dari bahan pangan lokal yang diolah menjadi berbagai hidangan yang enak dan menyehatkan dapat memperbaiki gizi anak dan menurunkan stunting,” ujar lulusan Teknologi Pangan Gizi dari Institut Pertanian Bogor itu dalam Deklarasi Konsensus Nutrisi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin (17/10/2022).

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Meski bisa tingkatkan gizi, Hindah mengatakan makanan tradisional saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap tidak praktis dalam hal penyajian. Padahal dalam semangkuk kuliner, tercukupi berbagai macam kebutuhan gizi.

Baca Juga: Waspada Pernikahan Anak di Sragen, Bisa Sebabkan Stunting

Lebih lanjut, dosen IPB itu mengatakan contoh makanan tradisional yang bisa tingkatkan gizi keluarga lantaran memiliki banyak kandungan gizi adalah sayur lodeh dan sop. Makanan tersebut dapat mencakup lima warna sayur, seperti ungu dari terong, hijau dari buncis atau labu siam, kuning dari wortel, merah dari tomat dan lainnya.

Bahan baku untuk pembuatan sayur lodeh dan sop pun mudah didapat dengan harga yang relatif terjangkau.

“Anak-anak sekarang sudah malas mending beli online, padahal contoh yang paling sepele dari makanan tradisional itu sayur lodeh. Itu bisa dibuat sangat bergizi dengan lima warna, warna pada sayur ini mempengaruhi zat aktif pada pangan tersebut,” kata Hindah.

Baca Juga: Pencinta Micin, Ketahui Nih Efek Samping Mengonsumsi MSG Berlebihan

Meski kaya ragam makanan tradisional yang bisa tingkatkan gizi keluarga, faktanya Indonesia sampai saat ini masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia yakni stunting. Meskipun angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun menjadi 24,4 persen pada tahun 2021 dari 26,92 persen di 2022, fakta tersebut masih dinilai cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar WHO yaitu tidak lebih dari 20 persen.

Menurut Hindah, kampanye masalah pangan ini harus kembali digenjot khususnya kepada anak muda untuk memulai kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional.  Kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional yang kaya gizi diharapkan dapat menurun pada keluarga mereka kelak sehingga kasus stunting pun diharapkan dapat mencapai angka 14 persen pada tahun 2024.

Baca Juga: Dukungan Giat Pola Hidup Bersih untuk Turunkan Angka Stunting Boyolali

“Saya lebih keras ke kaum muda karena kaum muda memiliki kesadaran yang lebih pada konsumsi pangan yang beragam terutama pemanfaatan bahan lokal yang tidak kalah gizinya seperti tempe. Itu kaya protein yang bisa mencegah stunting dini,” ujar Hindah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya