SOLOPOS.COM - Makam P Diponegoro (Sugeng Pranyoto/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, MAKASSAR-Selain tahanan, di Kota Makassar terdapat juga kompleks makam Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Permakaman itu terdapat di Kampung Melayu, Kecamatan Wajo, Kota Makassar. Letaknya sekitar satu kilometer dari Port Roterdam. Hanya kompleks permakaman Pangeran Diponegoro itu sangat berbeda jauh dengan Pemakaman Raja-raja Imogiri, yang digunakan untuk peristirahatan terakhir keturunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang berada di luar kota.

Lokasinya berada persis di tengah-tengah kota. Bahkan kompleks makam dikelilingi ruko-ruko. Kondisi makam itu masih terawat dengan baik karena keturunan Pangeran Diponegoro masih rutin merawat dan menjaganya. Areal makam awalnya menempati luas 1,5 hektare. Namun karena pesatnya pembangunan menjadikan kompleks makam kini tinggal 25 X 25 meter.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Di kompleks permakaman, makam Pangeran Diponegoro berada di pojok kiri, berdampingan dengan istrinya Raden Ayu Ratu Ratna Ningsih. Kemudian di sekitarnya terdapat makam putra-putri Pangeran Diponegoro. Adapun di sebelah kanan merupakan keluarga lain yang dimakamkan di tempat itu. Menurut Mohammad Saleh Diponegoro, keturunan generasi keempat Pangeran Diponegoro, sebelum wafat Diponegoro  memang berwasiat untuk dimakamkan di Kampung Melayu.

“Saat ditawan di Sulawesi dari Pulau Jawa, Pangeran disertai istri, enam anak dan tiga pengikut,” kata Mohammad Saleh di kompleks permakaman.

Mohammad Saleh menambahkan keluarga Pangeran Diponegoro tidak mengambil keuntungan dari merawat makam tersebut.

“Kami hanya menjalankan amanah, merawat makam ini,” terangnya.

Setiap bulan Pemkot Makassar memberikan bantuan dana perawatan permakaman sebesar Rp500.000. Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, kata Mohammad Saleh pernah mengutarakan untuk memindahkan makam Diponegoro ke Jogja. Namun permintaan itu ditolak almarhum Jenderal M Yusuf.

“M. Yusuf bilang apa bedanya Makassar dan Jawa,” katanya.

R Hamzah Diponegoro, putra Mohammad Saleh menambahkan sebelum wafat Belanda menawarkan untuk memakamkan Pangeran
Diponegoro di Pulau Jawa. Namun tawaran penjajah Belanda itu ditolak Diponegoro.

“Saat ditahan suatu hari Diponegoro bilang ingin jalan-jalan dan dikawal. Saat lewat Kampung Melayu dia terkesan. Kemudian dia
bilang ke anak dan istrinya, supaya dimakamkan di Kampung Melayu. Karena dia terharu masih ada penduduk yang berani beraktivitas
di tengah kepungan Belanda,” kata Hamzah menceritakan kenapa Pangeran Diponegoro memilih Kampung Melayu sebagai tempat
peristirahatan terakhir.

Hamzah berharap sejumlah pihak maupun pemerintah peduli terhadap makam tersebut. Karena Pangeran Diponegoro sudah berjuang
bagi bangsa dan negara melawan penjajah.

“Kami sebenarnya ingin membuat buku tentang kepahlawanan Pangeran Diponegoro versi dari kami keluarga, namun hingga kini kami masih banyak menemui kendala,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya