Lifestyle
Selasa, 22 Mei 2012 - 08:55 WIB

Mengembangkan Kreativitas Berbasis Komunitas

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Solo Batik Carnaval (FOTO/Dok)

Solo Batik Carnaval (FOTO/Dok)

Jika saat ini Solo semakin dikenal dengan banyak usaha dan event kreatif, hal ini tidak bisa dilepaskan dari peran orang-orang kreatif di berbagai bidang. Mereka bukan hanya mendirikan usaha atau menghasilkan produk kreatif, melainkan juga memberdayakan banyak orang lewat melalui berbagai komunitas.

Advertisement

Satu nama yang tak pernah lepas dari event kreatif di Solo adalah Heru “Mataya” Prasetya. Selama ini, pendiri Mataya Art and Heritage tersebut lebih sering dikenal lewat acara Solo Batik Carnival (SBC) yang digarapnya setiap tahun. Padahal ada banyak event penting yang lahir dari idenya dalam bentuk festival, karnaval, panggung musik dan kesenian lainnya.

Dari sekian banyak panggung yang pernah dibuatnya, ada satu hal yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat kota. Hampir semua panggung yang dibuat Heru adalah panggung terbuka di ruang publik dan tempat-tempat umum. Sebut saja Kampung Batik Kauman, Pasar Gede, Pasar Triwindu hingga jalanan Slamet Riyadi. Heru nyaris tidak pernah menggunakan panggung resmi di kampus atau taman budaya karena ingin mendekatkan panggungnya dengan masyarakat yang lebih luas.

“Semua event saya berbasis masyarakat dan tidak selalu bergantung pada pihak seperti pemerintah. Saya bekerja sama dengan paguyuban batik, kampus, dan masyarakat setempat,” kata Heru kepada Espos, di Solo, Sabtu (19/5) lalu.

Advertisement

Kreativitas memang tidak hanya dalam bentuk panggung kesenian, juga dalam bidang tulis-menulis dan sastra. Selama ini tidak banyak penerbit di Solo yang benar-benar mau mewadahi karya penulis lokal, apalagi yang bergenre sastra. Namun anak muda Solo, Yudhi Herwibowo, masih konsisten melakukannya melalui penerbitannya, Buku Katta.

Seperti penerbit lain, Buku Katta memang menerbitkan buku-buku sesuai dengan selera pasar. Namun, Yudhi punya idealisme sendiri. Aktivitasnya di komunitas sastra tidak membuatnya melupakan karya bergenre sastra yang sebenarnya jarang bisa menarik perhatian pasar. Misalnya para dia sering membantu para pegiat Pawon Sastra dengan percetakan dan penerbitan miliknya. Yudhi menerbitkan beberapa karya mereka melalui Buku Katta dan kadang membantu mereka dalam proyek pembuatan buku nonkomersial.

“Ada buku yang memang menuruti selera pasar. Tapi kenapa saya masih terbitkan buku sastra? Karena basic saya dari sastra. Meskipun mungkin enggak laku, tapi inilah yang harus dilakukan oleh penerbit kecil seperti saya,” ujar Yudhi.

Advertisement

Sementara di dunia kreatif lainnya, ada juga orang yang punya idealisme serupa. Salah satunya adalah Hanny Setiawan yang merintis usaha bernama PT Sarana Menjangkau Indonesia. Perusahaan yang bergerak dalam bidang musik, programer, konsultan dan riset itu menggunakan cara berbeda untuk berkembang. Hampir seluruh karyawannya adalah orang-orang dari keluarga yang tidak mampu.

“Seperti Bowo (salah satu karyawannya) yang tadi main piano. Saya sekolahkan dia sejak di SMKN 8 Solo, kemudian saya kuliahkan di Satya Wacana (UKSW). Kami memang berkembang dari community development,” kata Hanny, saat ditemui Espos, Minggu (20/5) malam.

Hal ini merupakan buah dari pendidikan yang didapatkannya saat meraih gelar MBA-nya di Management Information System di Bentley University, AS. Selama itu, dia harus bekerja mulai dari berjualan, mengajar piano dan pekerjaan lainnya untuk bisa meneruskan kuliah. Maklum, uang kiriman dari Solo tak cukup untuk biaya hidup di sana karena anjloknya kurs rupiah terhadap dolar Amerika sejak 1997. Dia juga mengambil kelas-kelas Community Development di Gordon Cornwell, Boston.

Itulah yang dibawanya saat pulang ke Solo pada 2004. Dia memulai dengan mengembangkan komunitas musik dan programer yang kemudian jadi basis usahanya. Tak heran kerja kerasnya mendapatkan apresiasi, salah satunya dia terpilih sebagai Ten Outstanding Young Persons (TOYP) Award 2012 kategori Academic Leadership and/or Accomplishment oleh organisasi kepemudaan internasional, Junior Chamber International (JCI) Indonesia di Solo, Minggu (20/5) lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif