Lifestyle
Jumat, 17 Desember 2021 - 08:56 WIB

Menjaga dan Memuliakan Wanita Menurut Islam

Damar Sri Prakoso  /  Newswire  /  Damar Sri Prakoso  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Dalam Islam, perempuan adalah sosok yang dimuliakan, bahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga sangat menghormati semua perempuan.

“Islam sangat memuliakan wanita. Lahirnya Islam juga dalam rangka pembebasan perempuan dari diskriminasi dan penjajahan budaya jahiliah. Banyak hadis yang menerangkan kemuliaan perempuan,” ujar Sekretaris Dewan Keluarga Masjid (DKM), Masjid El Syifa Ciganjur, ustaz Hadi Saifullah, dikutip dari Okezone, baru-baru ini.

Advertisement

Salah satu hadis yang menjelaskan Rasulullah sangat memuliakan perempuan, yaitu: “Seorang sahabat bertanya kepada Nabi; Wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya aku harus berbakti pertama kali? Nabi memberikan jawaban dengan ucapan; Ibumu sampai diulangi tiga kali, baru kemudian yang keempat Nabi mengatakan Ayahmu”. (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

“Ini bukti Islam memuliakan perempuan,” sambungnya.

Advertisement

“Ini bukti Islam memuliakan perempuan,” sambungnya.

Namun jika ditinjau lebih dalam, perjuangan Kartini di Indonesia kala itu mulai mengubah cara pandang perempuan, atau lebih dikenal dengan emansipasi wanita. Hal ini dikarenakan, dulu sebelum Kartini memperjuangkannya, perempuan kerap dianggap sebagai manusia yang ‘terbelakang’. Semua kendali dipegang oleh laki-laki. Padahal Rasulullah saja sangat menghormati perempuan, bukan menganggapnya sebagi sosok yang lemah.

Ustaz Hadi mengatakan meski demikian, hadis itu tidak ada kaitannya dengan emansipasi di dalam pandangan Islam.

Advertisement

Sementara itu, Direktur Pondok Pesantren Salman Al Farisi Jawa Tengah, ustaz Sanif Alisyahbana mengatakan, Islam memandang hak antara laki-laki dan perempuan adalah sama di hadapan Allah.

“Sama-sama bisa berlomba-lomba untuk menggapai surganya Allah, sama-sama bisa mengalahkan satu sama lain dari sisi derajat dan kemuliaan di hadapan Allah. Intinya tidak pernah ada masalah di dalam hal ini,” katanya.

Sedangkan dalam sisi kewajiban memang ada perbedaan yang tentunya kembali kepada fitrah laki-laki dan perempuan, di mana Allah ciptakan dengan fisik yang berbeda. Oleh karena itu, Islam tetap memandang kewajiban bagi laki-laki dan perempuan.

Advertisement

“Artinya ketika diubah atau ditukar itu akan terjadi suatu kemadaratan. Kemudian dari sisi lain, Islam itu pada dasarnya sangat memuliakan wanita dan juga memberikan hak-hak wanita penuh sebagaimana yang semestinya didapatkan,” tuturnya.

“Seperti dalam hak waris dilihat, bahwa ada yang mengkritik kenapa wanita separuhnya laki-laki. Pada dasarnya hak waris wanita itu jika sampai pemakaiannya bisa jadi lebih banyak dibandingkan laki-laki,” pungkasnya.

Kesetaraan Gender

Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, K.H. Nazaruddin Umar mengatakan ada begitu banyak nilai kesetaraan gender dalam perspektif agama Islam.
Menurutnya, hal ini penting diketahui agar setiap orang memperoleh pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana agama memuliakan perempuan.
Di sisi lain penting pula mengikis stigma negatif yang selama ini berkembang di masyarakat, bahwa kesetaraan gender tidak sejalan dengan ajaran agama, termasuk agama Islam.

Advertisement

“Masyarakat diharapkan membuka pikiran terhadap nilai-nilai kesetaraan gender demi Indonesia yang adil, makmur, dan sentosa,” ujar Nazzaruddin mengutip keterangan pers Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dilansir Liputan6.com.

Konstitusi Negara Republik Indonesia pun sejatinya telah menegaskan bahwa seluruh warga negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, lanjut Nazzaruddin. Demikian pula setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak serta berkewajiban untuk membela negara.

Komitmen tersebut tertuang baik dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh UUD 1945.

“Oleh karenanya, tidak ada satu pihak pun yang boleh mendiskriminasi, baik melalui kebijakan maupun tindakan, atas dasar suku, ras, agama, dan juga jenis kelamin.”

Walaupun negara berkomitmen untuk tidak membenarkan segala jenis diskriminasi. Namun, pada kenyataannya diskriminasi masih dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari.

Nazzaruddin menyayangkan, berbagai tantangan masih ditemui dalam implementasi komitmen tersebut. Ia berpendapat, untuk mengikis pemikiran masyarakat yang telah kuat mengakar, dibutuhkan upaya-upaya holistik dari berbagai sisi, termasuk agama karena agama merupakan fondasi dari kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bermasyarakat.

Peran perempuan baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita disepelekan. Keberadaan Kementerian PPPA maupun Dinas PPPA di daerah sangat diperlukan untuk meneruskan dalam memperjuangan perempuan baik di tingkat pusat maupun di daerah masing-masing, jelasnya.

“Dalam Islam misalnya juga telah menempatkan perempuan pada posisi yang sangat terhormat dan mulia sesuai dengan kodrat dan tabiatnya, tidak berbeda dengan kaum laki-laki dalam masalah kemanusiaan dan hak-haknya.”

“Oleh karena itu, merupakan suatu anggapan yang tidak benar dan sangat keliru jika ada yang menilai bahwa ajaran Islam bersikap diskriminatif terhadap kaum perempuan,” tutupnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif