SOLOPOS.COM - Ilustrasi menyusui. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA–Menyusui merupakan salah satu investasi terbaik bagi bangsa karena air susu ibu atau ASI adalah makanan terbaik bagi bayi untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Di Indonesia, hak ibu menyusui dijamin dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Menyusui sangat penting bagi ibu dan anak untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi. Kandungan gizi dalam ASI melindungi bayi dari infeksi dan penyakit, memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta membantu mencegah penyakit kronis di masa depan. Momen di mana seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya juga melahirkan koneksi emosional yang kuat antara ibu dan anak.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Tidak hanya itu, menyusui juga memberikan manfaat kesehatan bagi ibu, termasuk membantu tubuh pulih lebih cepat setelah melahirkan dan mengurangi risiko penyakit tertentu. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat membuka talkshow puncak Pekan ASI Sedunia, Senin (4/9/2023), mengatakan ASI sangat penting dan selalu ada perjuangan di balik ibu menyusui.

Dia mengakui bagi ibu bekerja, pemberian ASI eksklusif kadang menjadi kendala. Permasalahan utama, lanjutnya, terdapat pada dukungan lingkungan baik di tempat kerja ataupun keluarga. Dia mengatakan berbagai dukungan dapat dilakukan agar ibu bekerja terus menyusui, di antaranya dukungan moral dari anggota keluarga, perusahaan atau pemberi kerja menyediakan fasilitas untuk ibu menyusui.

Selain itu, pemerintah membuat regulasi yang mendukung praktik menyusui dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan di tempat kerja serta khususnya ibu menyusui yang sedang bekerja agar berusaha untuk tetap memberi ASI eksklusif. “Sementara dukungan masyarakat agar ibu bekerja dapat terus menyusui, bisa dimulai dengan membangun lingkungan yang suportif,” beber dia.

Cara yang benar memanaskan ASI dari kulkas
Botol ASI perah yang disimpan di kulkas (Aquajapanid)

Pada kesempatan tersebut, Dante menyebut ibu dan istrinya sebagai pahlawan ASI. ”Ibu saya memberikan saya ASI sampai usia dua tahun. Jadi ibu saya juga bekerja sebagai guru jadi beliau memerah susu (ASI) dan disimpan kemudian diberikan kepada saya. Beliau adalah pahlawan pertama dalam hidup saya,” ceritanya seperti dikutip dari laman kemkes.go.id.

“Pahlawan yang kedua adalah istri saya. Istri saya waktu itu sambil sekolah menyelesaikan pendidikan dokter spesialisnya sambil menyusui anak, memerah ASI-nya kemudian disimpan di rumah sakit, lalu dibawa pulang,” tambah Dante.

Edukasi tentang Pemberian ASI yang Tepat

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase bayi di Indonesia berusia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2015 terdapat 44,71% bayi mendapat ASI eksklusif, 2016 ada 49,51%, 2017 sejumlah 55,96%, 2018 sempat turun di angka 44,36%, 2019 naik menjadi 66,69%, tahun 2020 sebesar 69,62%, 2021 ada 71,58%, dan 2022 sejumlah 72,04%.

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Rahmah Housniati atau Nia Umar menyarankan agar para calon ibu mendapatkan edukasi langsung tentang teknik menyusui yang tepat demi kesehatan ibu dan bayinya. Dia pun menyarankan para calon ibu mencari tempat bersalin yang mendukung
pemberian ASI.

“Pastikan tempat persalinannya mendukung dia menyusui. Jadi, pas lagi hamil, sudah cari-cari tempat melahirkan yang tidak memisahkan bayinya. Bisa Inisiasi Menyusui Dini (IMD) karena IMD itu membuat bayi menyusu dengan posisi yang baik, melekat dengan baik,” kata Nia seperti dilansir Antara, Sabtu (18/2/2023).

Mitos dan Fakta Menyusui

mitos perawatan anak
Ilustrasi ibu dan bayi. (Freepik.com)

Meski menyusui adalah hal yang alami, sayangnya ada banyak mitos yang seringkali dapat membuat ibu merasa cemas, tidak yakin, atau bahkan terpengaruh untuk mengambil keputusan yang tidak tepat terkait pemberian ASI. Berikut beberapa mitos umum seputar menyusui dan fakta sebenarnya:

1. Mitos:
Payudara kecil pasti sulit menyusui

Fakta:
Menurut Nia Umar, ukuran payudara tak memengaruhi banyaknya jumlah produksi ASI. “Secara logika begini, bayi tidak bisa memilih mau lahir dari ibu yang dadanya besar atau kecil. Kira-kira adil tidak kalau Tuhan menciptakan tubuh ibu yang kecil punya ASI yang tidak banyak?” kata dia dalam Podcast Waktu Indonesia Berencana BKKBN di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Nia menyatakan banyaknya jumlah ASI justru dipengaruhi dengan seringnya ibu menyusui bayi sesegera mungkin ketika bayi merasa lapar. “Sama seperti ukuran gelas. Kalau kecil, saya bolak balik akan isi air, kalau payudara kecil tapi sering dikosongkan, sering disusui, maka produksinya akan bertambah. Jadi jangan khawatir,” ucapnya.

2. Mitos:
Menyusui itu mudah.

Fakta:
Konsultan laktasi, perawat terdaftar, dan peneliti serta pelaku advokasi pemberian ASI, Dr. Michele Griswold mengungkapkan bayi terlahir dengan refleks alamiah untuk mencari payudara ibu. Namun, banyak ibu yang memerlukan bantuan untuk posisi dan pelekatan agar bayi dapat nyaman menyusu dan memastikan bayi melekat dengan benar. Hal ini membutuhkan waktu dan latihan bagi ibu dan bayinya.

3. Mitos:
Nyeri saat menyusui itu wajar; nyeri pada puting seperti puting lecet memang tidak bisa dihindari.

Fakta:
“Puting lecet dapat dihindari jika ibu mendapatkan bantuan posisi dan pelekatan ketika menyusui,” urai Michele seperti dilansir unicef.org. Bagi ibu yang menghadapi tantangan menyusui, seperti puting lecet ini, bantuan dari konselor menyusui atau tenaga kesehatan akan sangat membantu mengatasi masalah.

daftar penyakit keturunan
Ilustrasi orang tua menggendong bayi. (Freepik.com)

4. Mitos:
Puting harus dibersihkan sebelum ibu menyusui.

Fakta:
Membersihkan puting sebelum ibu menyusui sebenarnya tidak perlu dilakukan. Ketika lahir, bayi sudah sangat mengenal aroma dan suara ibunya. Puting juga mengeluarkan aroma yang dikenali bayi dan memiliki “bakteri baik” yang membantu bayi membangun kekebalan tubuh hingga seumur hidupnya.

5. Mitos:
Bayi baru lahir seharusnya dipisahkan dari ibunya agar ibu dapat beristirahat.

Fakta:
Para dokter, perawat, dan bidan sering kali mendorong Inisiasi Menyusu Dini melalui kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi segera setelah kelahiran. Mendekatkan bayi dengan ibu, sehingga kulit saling menempel, adalah langkah penting untuk membantu bayi menemukan dan melekat pada payudara ibu.

6. Mitos:
Ibu menyusui hanya boleh makan makanan minim bumbu.

Fakta:
Ibu menyusui, sama halnya dengan orang lain, membutuhkan menu makanan bergizi seimbang. Secara umum, ibu tidak perlu mengubah pola makannya. Berkonsultasilah dengan dokter apabila bayi menampakkan reaksi tertentu terhadap makanan yang dikonsumsi ibu.



7. Mitos:
Menyusui akan menjadi sulit bila tidak dimulai segera setelah kelahiran.

Fakta:
Menyusui akan lebih mudah dilakukan segera sejak satu jam pertama setelah kelahiran, karena pada masa inilah refleks bayi sangat kuat. Mereka siap untuk menyusu langsung dari ibu. Jika ibu tidak dapat melekat dengan bayinya segera setelah melahirkan, maka lakukanlah setelah keadaan memungkinkan.

8. Mitos:
Banyak ibu tidak menghasilkan cukup ASI.

Fakta:
Hampir semua ibu dapat memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Produksi ASI dipengaruhi oleh posisi dan pelekatan, frekuensi menyusui, dan isapan bayi saat menyusu. Menyusui bukanlah tugas seorang ibu semata, mereka membutuhkan dukungan baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan.

9. Mitos:
Ibu tidak boleh menyusui saat sedang sakit.

Fakta:
Pada umumnya, ibu yang sedang sakit tetap dapat terus menyusui bayinya walaupun tergantung jenis penyakitnya. Dalam banyak kasus, antibodi yang dihasilkan tubuh ibu untuk melawan penyakit akan diteruskan kepada bayi melalui ASI, sehingga bayi pun dapat membangun kekebalan tubuhnya sendiri.

10. Mitos:
Ibu yang menyusui tidak dapat minum obat apa pun.

Fakta:
Ibu menyusui perlu menyampaikan kepada dokter bahwa dirinya sedang menyusui dan membaca dengan teliti keterangan semua jenis obat yang dibelinya dengan bebas di apotek. Mungkin, obat harus diminum pada waktu tertentu atau dalam dosis tertentu, atau ibu membutuhkan formula obat yang berbeda.

penemuan bayi bantul Untuk memastikan kondisi bayi setelah lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah bentuk kaki.(Ilustrasi/Freepik)
Ilustrasi bayi (Ilustrasi/Freepik)

11. Mitos:
Bayi yang disusui akan menjadi manja.

Fakta:
Semua bayi berbeda-beda. Ada yang manja, ada pula yang tidak, terlepas dari metode pemberian ASI.

12. Mitos:
Ibu yang akan kembali bekerja harus menyapih bayinya.

Fakta:
Banyak ibu yang melanjutkan menyusui meski telah kembali bekerja. Cek kebijakan pemberian ASI. Jika ibu diberikan waktu dan ruangan khusus untuk menyusui pada jam kerja, mungkin ibu dapat pulang sebentar ke rumah atau meminta anggota keluarga membawa bayinya ke kantor. Atau, ibu dapat memerah ASI untuk dibawa pulang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya