Lifestyle
Sabtu, 9 Januari 2021 - 16:25 WIB

Mitos Penyajian Dawet Jabung Khas Ponorogo, Pembeli Diminta Menikahi Penjual

Monica Cahyaningrum  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seporsi dawet jabung. (Infomadiunraya.com)

Solopos.com, MADIUN – Pernahkah Anda minum es dawet? Atau bahkan telah menjadi minuman wajib Anda? Es dawet memang cocok diminum saat suasana apa pun.

Dawet merupakan minuman yang populer di Jawa. Minuman ini terbuat dari tepung beras atau pun tepung beras ketan. Dawet biasa disajikan dengan kuah santan dan gula merah cair serta tambahan es. Es Dawet memiliki cita rasa manis dan gurih.

Advertisement

Dawet sudah menyebar di hampir seluruh daerah di Jawa. Setiap daerah pun memiliki cita rasa masing-masing. Salah satunya di Ponorogo, Jawa Timur. Di kabupaten ini, ada daerah yang menjadi sentra penjual dawet. Namanya Desa Jabung di Kecamatan Mlarak. Warga desa ini banyak yang menjual dawet jabung, sesuai nama desanya, sejak 1960.

Bagikan Tutorial Makeup, Wanita Ini Malah Kena Body shaming

Seperti dawet pada umumnya, dawet jabung berisi santan dan gula merah cair. Namun, ada tambahan gempol dan buah nangka. Gempol adalah bulatan yang terbuat dari tepung beras. Selain dikenal karena kesegaran dawet jabung, ternyata ada hal lain yang membuat dawet jabung dikenal banyak orang.

Advertisement

Pantangan

Dilansir dari berbagai sumber, dawet jabung memiliki sebuah mitos atau pantangan. Hal tersebut berkaitan dengan cara penyajian dawet jabung itu sendiri. Seporsi dawet jabung disajikan menggunakan tatakan atau lepek kecil untuk alas mangkuk tersebut.

Namun, pembeli tidak boleh menikmati dawet jabung dengan lepek yang disajikan oleh penjual. Pembeli hanya diperbolehkan untuk mengambil mangkuk berisi dawet jabung tersebut dan lepek akan diambil lagi oleh penjual.

Sebagian Orang Kerap Menggesekkan Kaki Di Tempat Tidur, Pertanda Apa?

Advertisement

Konon, cara penyajian tersebut memiliki arti sendiri bagi penjual, khususnya yang sudah lama berjualan dawet jabung. Jika lepeknya juga diambil oleh pembeli maka pembeli harus menikahi si penjual dawet jabung tersebut. Mitos tersebut pun sudah lama dipercaya oleh para penjual dawet jabung.

Tradisi ini merupakan wujud kebudayaan para leluhur di Desa Jabung. Meskipun mitos tersebut sudah tidak terlalu menjadi acuan bagi para penjual dawet jabung, namun para penjual dawet jabung masih memegang teguh tradisi penyajian dawet tersebut.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif