Lifestyle
Kamis, 30 September 2021 - 15:45 WIB

Napak Tilas Tragedi G30S/PKI di Museum Sasmita Loka Ahmad Yani

Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung memotret diorama di Museum Ahmad Yani. (Antara)

Solopos.com, SOLO-Selain Museum A.H. Nasution, Museum Sasmita Loka Ahmad Yani juga patut dikunjungi untuk mengetahui peristiwa kelam G30S/PKI. Bangunan yang menyimpan banyak kisah sejarah ini berlokasi di Jl. Lembang No. 58 Jakarta Pusat.

Sebelum menjadi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, bangunan ini didirikan sekitar 1930-1940-an ketika masa pengembangan wilayah Menteng dan Gondangdia. Semula gedung ini dipergunakan sebagai rumah tinggal pejabat maskapai swasta Belanda atau Eropa.

Advertisement

Baca Juga: 6 Fakta Film G30S/PKI: Dana Rp800 Juta Hingga Musik Mencekam

Pada 1950-an tempat ini dikelola oleh Dinas Perumahan Tentara, kemudian dihuni oleh Letjen Ahmad Yani sebagai perwira tinggi TNI AD dengan jabatan terakhir Menteri/ Panglima Angkatan Darat. Rumah ini kemudian menjadi museum sejarah sebagai peringatan atas terbununya Letjen A. Yani dalam peristiwa G-30S/PKI. Museum Sasmita Loka Ahmad Yani ini diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto, sesaat setelah rumah beserta isinya diserahkan oleh Ibu A Yani dan putera-puterinya kepada negara.

Mengutip laman asosiasimuseumindonesia.org, Kamis (30/9/2021), museum ini memajang foto di bagian belakang rumah, di antaranya adalah rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Tjakrabirawa terhadap Letjen Ahmad Yani, serta koleksi foto-foto pengangkatan jenazah para Pahlawan Revolusi oleh KKO (Marinir) pada 4 Oktober 1965, upacara pemakaman pada 5 Oktober 1965, foto-foto keluarga, penyerahan Kota Magelang pada 1949 dari Belanda diwakili Letkol van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, dan foto-foto karier militer Ahmad Yani lainnya.

Advertisement

Baca Juga: Pernah Jadi Tontonan Wajib, Begini Proses Produksi Film G30S/PKI

Di dalam kamar tidur Letjen A. Yani tersimpan pula memorabilia, senjata otomatis Thompson Tjakrabirawa yang menewaskannya, lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya, serta replika pakaian tidur lengan pendek yang digunakan Ibu A Yani untuk membersihkan lantai dari lumuran darah suaminya. Selain itu pengunjung juga bisa melihat gaji terakhir yang diterima jenderal besar itu untuk bulan Obtober 1965 senilai Rp 120.000, cincin, kaca mata, keris, dan tongkat komando.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif