Gedung itu berdiri persis di jantung Kota Solo. Di sisi baratnya, menjulang dua mal modern. Jika petang menjelang, jalan raya di depannya dipenuhi hiruk-pikuk para penjaja makanan kuliner malam. Namun ingar-bingarnya kota seolah tak mampu mencerahkan gedung berlantai dua di Jalan Mayor Sunaryo, di seberang sisi selatan Benteng Vastenburg, Solo itu.
Sungguh sayang memang. Gedung tua yang bisa jadi objek wisata sejarah yang sangat menarik itu semakin kusam saja dimakan umur.”Kalau dilihat dari sisi timur akan terbaca tulisan peringatan, ’Awas gedung mau roboh’,” celetuk Soedjinto, Wakil Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) 45 saat berbincang dengan Espos, belum lama ini. Gedung ini sekarang memang menjadi kantor bagi para veteran tersebut.Merunut pada riwayatnya, sejak didirikan 1876 silam, gedung itu semula adalah sekolah dan asrama yang dibangun Belanda untuk melengkapi kompleks militer Benteng Vastenburg. Ketika pemerintah Jepang datang, gedung itu lantas beralih menjadi markas tentara Jepang dengan sebutan Senkokan.
Namun, setelah TNI berhasil merebutnya, gedung itu secara berurutan menjadi panti asuhan, markas kesatuan TNI dan akhirnya “diwarisi” oleh pengurus DHC 45. Beberapa tahun terakhir ini, gedung DHC 45 ini menjadi perbincangan publik gara-gara kondisi bangunannya yang rapuh nyaris roboh itu. ”Kami sudah bertahun-tahun melobi TNI agar gedung ini segera diperbaiki. Namun, belum ada hasilnya,” jelas Soedjinto. Pemkot Solo memang telah menawarkan untuk merevitalisasi gedung berarsitektur Belanda itu. Semula, sempat terganjal oleh status kepemilikannya. Namun, berkat usaha dan lobi Pemkot serta pengurus DHC 45, gedung tersebut akhirnya disepakati akan direvitalisasi. ”Namun, kapan itu mau direvitalisasi, saya tak tahu. Pokoknya saya ndherek (menuruti-red) Pemkot saja,” jelasnya pasrah.Mantan Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo, Yob S Nugroho, yang mengamati rencana revitalisasi Gedung DHC 45 sejak awal mengakui sudah ada lampu hijau bahwa gedung tersebut akan direvitalisasi. Namun, sekali lagi, soal anggaran semua masih tanda tanya. ”Kalau tahun ini, sepertinya belum bisa,” kata Yob. Entahlah, sampai kapan gedung saksi perjuangan itu harus meratapi nestapanya.
Aries Susanto