SOLOPOS.COM - Pantai Nglambor, Gunungkidul (diasporaiqbal.blogspot.com)
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Pantai Nglambor tidak hanya kaya coral, tetapi memiliki banyak spesies berupa ikan, terumbu karang, arthropoda, annelida, echinodermata, dan mollusca. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan dalam usaha konservasi, perlu untuk memanfaatkan kearifan lokal untuk mendukung usaha tersebut.
Hal itu, kata Anggota Pemuda Pencinta Alam (PPA) Gunungkidul, Edi Dwi Atmaja, sekaligus untuk menyosialisasikan ekosistem karst terutama ekosistem pesisir serta dijadikan dasar dalam pengelolaan ekosistem karst.
“Di Nglambor setiap tahunnya ada prosesi Ngalangi di mana dipercaya sebagai usaha masyarakat untuk melindungi kekayaan alam Nglambor. Yaitu adat istiadat menjaring ikan bersama-sama oleh warga sekitar,” ujar dia.
Edi mengatakan, ngalangi yang dalam bahasa Indonesia berarti menghalangi. Dari observasi, Ngalangi pada umumnya dilaksanakan di luar musim pemisahan ikan karena dilaksanakan pada masa panen. Hal ini sesuai dengan nilai konservasi yakni pemanfaatan tidak mengganggu keberadaan, kelestarian dan kelangsungan makhluk hidup terkait.
“Untuk itu, keberadaan Pantai Nglambor sebagai salah satu hotspot biodiversitas pesisir perlu memperoleh perhatian, mengingat ekosistem pesisir tersebut rentan terhadap perubahan yang ada,” ujar dia.
Ada pun beberapa hal yang menjadi tantangan ke depan, menurut Edi, antara lain lunturnya kearifan lokal, pengelolaan yang tidak ramah lingkungan, pemanfaatan yang cenderung merusak seperti mencari ikan dengan racun. Ia menambahkan, alam pengelolaan Pantai Nglambor agar tidak bertentangan dengan asas konservasi.
Anggota Pecinta Alam SMAN 1 Wonosari (Pawana), Salwa Safira mengatakan, ada 15 anggota Pawana yang terlibat. Menurut dia, penelitian ini merupakan pengalaman berharga. Selain bisa belajar tata cara penelitian, menurut Salwa, anggota Pawana menjadi lebih tahu mengenai kekayaan alam di Pantai Nglambor.
“Kami berharap kekayaan alam ini akan tetap lestari,” ujar dia.