Lifestyle
Sabtu, 11 Februari 2023 - 21:00 WIB

Orang Tua Disarankan Jalin Komunikasi Cegah Anak Kecanduan Gim

Newswire  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak bermain gim di ponsel. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Para orang tua disarankan untuk menjalin komunikasi kepada anak mereka untuk mencegah kecanduan gim atau gawai. Demikian diungkapkan Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra. Simak ulasannya di tips parenting kali ini.

“Perlu dialog intens dengan anak, apa yang mereka dapatkan saat main game? Adakah pengaruh positif dan negatif yang dirasakan mereka pada tubuhnya dan kehidupannya?” kata Novi seperti dikutip dari Antara pada Sabtu (11/2/2023).

Advertisement

Novi menjelaskan, gawai dan gim saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat, khususnya anak-anak.  Namun demikian, diperlukan batasan-batasan terkait durasi penggunaan, pemilihan konten, maupun jenis-jenis permainan yang tepat untuk anak-anak. Hal ini bertujuan agar kehidupan anak-anak dapat seimbang, antara kegiatan sosial dan juga bermain gim.

Orang tua juga disarankan untuk jalin komunikasi tentang kesepakatan-kesepakatan dengan anak untuk melatih si kecil bertanggung jawab pada kegiatan mereka sehari-hari. “Nah dialog-dialog serta kesepakatan ini yang akan menciptakan kesadaran dan manajemen diri dalam penggunaan gadget yang tepat,” ujarnya.

Lebih lanjut Novi mengungkapkan gim di gawai bisa memunculkan hormon kebahagiaan antara lain yaitu Dopamine, Oksitosin, Serotonin, hingga Endorphin.  Secara umum, hormon-hormon tersebut memunculkan perasaan bahagia dan senang setelah melakukan aktivitas tertentu, khususnya gim.

Advertisement

Hormon kebahagiaan ini menyebabkan tubuh seseorang secara alami menjadi ingin bermain gim secara terus-menerus. Ia menambahkan, anak yang terlampau lama bermain gim berpotensi mengalami kecanduan.

Candu akibat gim di gawai ini apabila tidak disadari atau ditangani dengan serius, maka dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental, yakni kurangnya kemampuan bersosialisasi, stres, kelelahan kronis, apatisme, hingga rendahnya motivasi untuk melakukan hal lain.

Selain itu, kesehatan fisik anak-anak pada masa pertumbuhan juga akan terganggu karena kurang gerak, sakit mata, hingga keluhan sakit di persendian.

Advertisement

“Hormon kebahagiaan saat bermain game dapat dimunculkan oleh kegiatan lain. Yang terpenting adalah membangun kesadaran diri dan manajemen diri,” kata Novi Poespita.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif