SOLOPOS.COM - Achmad Satori Ismail (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Hatta Syamsuddin (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya,“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.’”(HR Muslim)

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebagian isi hadis itu dibahas pengajar Ponpes Ar Royyan, Hatta Syamsuddin, pada pengajian Happy Ramadan  di Musala Al Hijrah di Griya Solopos, Selasa (17/7/2012). Hatta menyampaikan lima langkah yang bisa ditempuh agar sukses Ramadan.

Pertama, menguatkan pemahaman tentang keutamaan Ramadan. Menghayati visi puasa, bukan sekedar ikut-ikutan berpuasa. Hal itu dimaksudkan agar enjoy dan tidak terbebani dengan aktivitas Ramadan.

“Ramadan, di dalam hadis banyak disebutkan bahwa bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah itu lebih harum dari minyak kasturi. Bau mulut saja dihargai di akhirat apalagi ibadah-ibadah lainnya,” ujar Hatta.

Puasa pun memaksa diri seseorang untuk berlatih ikhlas. Dia mencontohkan ketika orang rajin salat karena mau riya atau hendak berangkat haji itu bisa dideteksi dan diketahui banyak orang. Namun, urusan puasa, hanya urusan orang yang bersangkutan dengan Allah.

Sedangkan soal puasa, bisa saja seseorang sahur dan berbuka di rumah. Tapi, di luar aktivitas itu, tidak ada orang yang tahu pasti apakah dia berpuasa atau tidak kecuali dirinya sendiri dan Allah. “Amalan puasa tersebut adalah antara kita dengan Allah. Itu ada di Hadis Qudsi,” lanjutnya.

Kedua, memahami fikih puasa yaitu aturan-aturan dalam berpuasa. Niat baik saja tidak cukup tapi perlu mengetahui caranya. Dia berharap sebelum berpuasa supaya memperbanyak membaca dan bertanya jika tidak tahu tentang fikih puasa.

Ketiga, menjaga kualitas puasa supaya pahala-pahalanya bisa didapat. “Betapa banyak orang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya melainkan hanya rasa lapar dan dahaga.” (HR Ath Thobroni)

Trainer motivasi dan keluarga romantis itu mengajak umat Islam mengoptimalkan ibadah dan sunah-sunah serta berusaha jangan melakukan hal-hal yang mengurangi pahala.

Keempat, Ramadan bukan hanya puasa untuk itulah hiasi Ramadan dengan ibadah-ibadah lainnya seperti tarawih.

Kelima, menjaga semangat di awal hingga akhir Ramadan agar tetap istikamah beribadah. “Ada bonus lailatul qadar. Di akhir itu ditentukan prestasinya, termasuk orang-orang yang merugi atau insan takwa,” lanjutnya.

Hatta mengemukakan setiap ibadah itu tidak hanya simbol dan bukan hanya aktivitas fisik. Untuk itu, agar puasa dapat membawa perubahan bagi manusia dan kemanusiaan menjadi lebih baik perlu upaya memahami dan menghayati makna puasa tersebut.

Seseorang dengan berpuasa akan melatih sabar dan ikhlas. Tetap berpuasa ketika ada orang atau tidak. Saat puasa, supaya ikut merasakan apa yang dirasakan kaum muslimin lainnya yang kelaparan. “Menyerap pesan-pesan puasa dan hikmah puasa sehingga ada oleh-oleh Ramadan yang nantinya membawa perubahan,” lanjutnya.

Achmad Satori Ismail (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Pernyataan senada disampaikan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dai Indonesia (Ikad), Achmad Satori Ismail. Achmad menyatakan manusia kadang-kadang beribadah tapi jiwa tidak ikut menghayati. Banyak ibadah namun tidak terinternalisasi dalam diri. Jika inging berpuasa lahir batin maka semua ikut berpuasa.

“Ingin puasa yang baik? Tidak ngomong  kotor, tidak marah-marah, menjaga mulut, mata dan kemaluan. Hati pun terjaga,” ujarnya.

Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyatakan berpuasa itu menyehatkan. Ketika siang betul-betul puasa secara utuh dam ketika berbuka tidak balas dendam.

“Ketika hanya mengubah jadwal atau waktu makan dan belanja, puasa tidak akan berdampak apa-apa. Sehingga ketika Ramadan konsumerisme pun meningkat,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya