Lifestyle
Rabu, 3 Desember 2014 - 13:40 WIB

Patuk Luncurkan Pusat Jajanan Pasar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peluncuran pusat jajanan pasar di Eks Kantor Kecamatan Patuk, Selasa (2/12/2014) (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pemerintah Kecamatan Patuk meluncurkan pusat jajanan pasar di Eks Kantor Kecamatan Patuk. Jajanan pasar menjadi kunci pertumbuhan ekonomi warga Patuk.

Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, Patuk memiliki banyak potensi makanan tradisional. Menurutnya, makanan khas tersebut harus dilestarikan. Warga yang membuat jajanan pasar pun bisa menitipkan makanan tersebut di pusat jajanan pasar.

Advertisement

“Kami rencananya membuat dua tempat. Satu di sini, satunya lagi di Sambipitu,” ujar dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui di sela-sela peluncuran pusat jajanan pasar, Selasa (2/12/2014).

Ia mengatakan, pemerintah kecamatan, desa, maupun dusun bisa membeli jajanan pasar untuk makanan kecil ketika rapat. Makanan tersebut, dijamin alami dan murah. Ada paket murah yang ditawarkan yakni Rp3.000 untuk tiga jenis makanan tanpa kardus.

Advertisement

Ia mengatakan, pemerintah kecamatan, desa, maupun dusun bisa membeli jajanan pasar untuk makanan kecil ketika rapat. Makanan tersebut, dijamin alami dan murah. Ada paket murah yang ditawarkan yakni Rp3.000 untuk tiga jenis makanan tanpa kardus.

“Kami mengurangi penggunaan kardus karena hanya akan menyisakan sampah. Selain itu, tanpa kardus, lebih hemat Rp1.000,” ujar dia.

Usaha Pemerintah Kecamatan Patuk untuk mengangkat makanan khas Patuk mendapatkan sambutan baik dari masyarakat. Perekonomian warga pun semakin menggeliat.

Advertisement

Saat ini, warga memilih untuk mengolah melinjo tersebut untuk dijadikan emping khas Semoyo. Setiap kilogramnya dijual dengan harga Rp60.000. Namun, penjual juga menyediakan paket kecil dengan berat 100 gram. Satu bungkusnya dijual dengan harga Rp6.000.

“Di Semoyo, ada sekitar 40 warga yang membuat makanan kecil seperti emping. Hampir dua tahun ini kami bersemangat. Sebelumnya, hampir tidak ada yang bisa membuat,” ujar dia.

Selain membuat emping, ungkap dia, warga juga memproduksi kroket, arem-arem, lemper, cake, tape, risoles, serta lumpia. Awalnya, kelompok mulai bergerak dengan modal Rp500.000. Saat ini, setiap hari kelompok bisa menghasilkan penghasilan kotor Rp650.000.

Advertisement

Penjual sompil Supadmi mengatakan, sebelum ada dorongan dan pelatihan, ia tidak rutin menjual sompil. Biasanya, ia hanya berjualan setiap akhir pekan dan ketika ada acara. Setelah sompil diluncurkan kembali, ia berjualan setiap hari.

“Setiap hari saya membuat 25-30 buah sompil. Hampir setiap hari habis terjual. Satu porsinya saya jual Rp6.000,” ujar dia.

Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Patuk Agus Triyono mengatakan, dana PNPM Perdesaan yang sudah disalurkan sebesar Rp4,2 miliar. Dana tersebut diputar dalam bentuk simpan pinjam. Tujuannya, agar warga memiliki modal untuk mengembangkan produksi rumah tangga seperti jajanan pasar.

Advertisement

“Sampai sekarang tidak ada tunggakan. Kami melakukan pendeatan personal kepada masyarakat dan selalu mendampingi mereka. Kami juga mengalokasikan Rp267 juta untuk pelatihan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif