SOLOPOS.COM - Timnas Indonesia. (pssi.org)

Solopos.com, SOLO-Pelatih Timnas sepakbola Indonesia Shin Tae-yong mengkritik panitia turnamen AFF 2020 yang memberi makan para atlet dengan nasi kotak. Pelatih asal Korea Selatan itu khawatir kalau asupan makanan tersebut tidak cukup bergizi bagi para pemain Timnas Indonesia untuk bertanding.

Selama turnamen perebutan piala AFF 2020 di Singapura, skuad Garuda memang sering kali bertanding dengan strategi menyerang sejak menit awal. Hal itu tentu memaksa fisik pemain tetap bugar.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

“Saya mencoba menanamkan gaya bertarung pada sepakbola Indonesia. Sayangnya, di turnamen ini kami hanya makan nasi kotak,” kata Shin Tae-yong saat diwawancara media Korea Selatan, The JongAng, pada Senin (27/12/2021).

Baca Juga: Raisa Tak Menyangka Dapat Kiriman Jersey Timnas Indonesia

Namun jika hanya mengonsumsi nasi kotak, apakah hal itu bisa berpengaruh terhadap stamina pemain Timnas Indonesia? Simak ulasannya di tips diet sehat dan info sehat kali ini.

Dokter spesialis keolahragaan dr. Andhika Raspati, Sp.KO. mengatakan bahwa di tengah jadwal pertandingan turnamen AFF yang padat, asupan nutrisi atlet semakin penting agar energinya tercukupi. “Kalau kita bicara AFF ini, lumayan padat pertandingannya, kayak kemarin cuma selang 3 hari, 4 hari, bertanding lagi. Pastikan anak-anak juga pada all out untuk bisa menjuarai AFF. Nah, kalau mereka asupan energinya tidak terpenuhi atau proteinnya tidak terpenuhi, gimana bisa mereka bertanding dengan baik,” kata dokter yang biasa disapa Dhika tersebut, seperti dikutip dari Suara.com, Rabu (29/12/2021).

Bukan hanya terkait kandungan gizi pada makanannya, tapi jumlah dan cara penyajian makanan yang diberikan kepada atlet juga sangat penting diperhatikan. Sebab, kata dokter Dhika, asupan nutrisi hingga jumlah kalori untuk makanan atlet sangat individual, meski mereka bermain dalam satu tim pada turnamen yang sama. “Karena satu orang dengan orang yang lain, meskipun bermain dalam satu tim, tapi ukuran badannya beda. Yang satu lebih bongsor atau lebih kecil itu pasti akan nggak sama kebutuhan kalori, protein, kebutuhan karbo,” paparnya.

Baca Juga:  Begini Kondisi Suga BTS Setelah Dinyatakan Positif Covid-19

Selain dari bobot tubuh, potensi lama bertanding pada atlet sepak bola juga sangat menentukan asupan gizi yang dibutuhkannya.
Dokter Dhika mencontohkan, pemain utama yang biasanya bertanding lebih lama di lapangan tentu membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan pemain cadangan.

“Memang yang jadi masalah kalau nasi kotak itu cenderung sama buat setiap orang. Berarti disamain, mau itu pemain yang badannya besar, mau pemain yang badannya kecil, mau pemain yang menit bermainnya banyak. Padahal tingkat physical activity orang, kemudian body size berbeda dan butuh kalori yang juga berbeda. Juga butuh takaran gizi yang nggak sama. Mungkin itu yang bisa jadi challenge,” paparnya.

Baca Juga: Laga Indonesia vs Thailand Berlangsung, AFF 2020 Trending di Twitter

Akan berbeda jika makanan disajikan secara prasmanan. Menurut dokter Dhika, cara tersebut masih memungkinkan atlet makan sesuai dengan kebutuhan badannya.

“Tentukan kalau body gede, main banyak, makan bisa ngambil karbonya lebih banyak atau protein lebih banyak. Kalau nasi kotak nggak bisa, susah mau mengatur takaran gizi kayak gitu,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya