SOLOPOS.COM - Ilustrasi hasil pemeriksaan positif cacar monyet. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropis dan infeksi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Robert Sinto SpPD, K-PTI mengatakan bahwa penderita cacar monyet (monkeypox) tidak memerlukan antivirus apabila kondisi mereka stabil. Simak ulasannya di info sehat kali ini.

“Jadi, hanya sekelompok kecil pasien yang memang terindikasi mendapatkan antivirus, yaitu kelompok yang memang punya risiko progresi untuk menjadi berat atau pasien yang sudah dalam kondisi berat,” kata Robert dikutip dari Antara pada Jumat (27/10/2023).

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Ia mengatakan penderita cacar monyet baru bisa dianggap dalam kondisi berat dan dapat diberikan antivirus apabila pada tubuhnya terdapat lebih dari 100 lesi atau mengalami gejala lain, seperti mual, muntah, atau demam tinggi.

Penderita lain yang juga dapat diberikan antivirus adalah mereka yang lokasi lesinya berada di tempat rentan, seperti di sekitar mata yang dapat menimbulkan kebutaan dan di tenggorokan yang bisa menutup jalan napas.

Sementara itu, dari 14 kasus aktif cacar monyet yang terkonfirmasi di Indonesia sampai dengan Kamis (26/10) dan telah mendapat perawatan medis, seluruhnya dalam kondisi stabil dan tidak memerlukan antivirus.

Selain itu, ia mengatakan bahwa vaksinasi sangat efektif menangkal penyakit cacar monyet meski tidak 100 persen, karena tidak ada vaksin yang tingkat efektivitasnya mencapai angka tersebut.  “Walaupun masih bisa terkena monkeypox, luas lesinya jadi lebih kecil secara signifikan berkat vaksinasi,” kata dia.

Vaksinasi juga masih efektif diberikan sebagai pencegahan pasca-pajanan bagi individu yang berkontak dengan pasien terkonfirmasi.  Meski demikian, dalam kesempatan terpisah, Robert mengatakan bahwa pemerintah saat ini belum membuka akses vaksin monkeypox secara penuh, karena pemberian vaksin saat ini diutamakan untuk kelompok berisiko tinggi.

Apalagi, masih banyak cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah tertular cacar monyet selain melalui pemberian vaksin. “Kita juga bisa mencegah tertular tanpa diberikan vaksin, banyak langkah yang bisa dilakukan,” kata Robert dalam bincang daring Dinas Kesehatan DKI Jakarta beberapa waktu lalu.

Salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah membiasakan hidup bersih dan sehat serta menghindari kontak erat dan berhubungan seksual dengan penderita cacar monyet.

Sementara Dokter spesialis dermatologi dan venereologi dari RSUD Dr. Moewardi dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV mengatakan penyebaran monkeypox  (cacar monyet) relatif lambat sehingga berbeda dengan chicken pox (cacar air) yang penularannya sangat cepat dan sporadis.

Prasetyadi, yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang II Pendidikan dan Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski), menilai masyarakat tidak perlu khawatir atas munculnya kasus cacar monyet karena risiko penularan penyakit tersebut tidak besar.

“Supaya tidak muncul kekhawatiran masyarakat, perlu dijelaskan bahwa walaupun disebut penyakit menular, risiko penularan monkeypox ini tidak mudah,” kata Prasetyadi dikutip dari Antara.

Selain itu, tingkat kematian akibat penyakit mpox atau cacar monyet juga relatif rendah, bahkan tidak sampai 1 persen, ucap dia.

Apabila seseorang terjangkit cacar monyet, namun, memiliki kekebalan tubuh yang baik (imunokompeten), maka orang tersebut bisa sembuh sendiri. Oleh karena itu, penyebaran penyakit cacar monyet amat tergantung dari daya tahan tubuh pada kelompok-kelompok imunokompeten di masyarakat, kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya