SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak melakukan kekerasan terhadap temannya. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Psikolog anak dari Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi menggarisbawahi pentingnya pendidikan moral, selain pola asuh, untuk mencegah kemungkinan anak tumbuh dengan sifat kekerasan di masa dewasa. Agar anak terhindar dari sifat temperamental, simak ulasannya di tips parenting kali ini.

Sebagaimana diketahui kasus penganiayaan dengan pelaku Mario Dandy Satriyo dan korban David tengah jadi sorotan warganet. Aksi kekerasan yang dilakukan Mario Dandy mendapatkan kecaman warganet, terutama setelah video yang diduga merupakan rekaman saat peristiwa itu terjadi viral di media sosial. Di video itu terlihat pelaku menganiaya korban yang sudah tidak berdaya.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

“Kalau kita lihat anak yang suka melakukan kekerasan itu mungkin saja ada pengaruh juga dari pola asuhnya, tetapi juga kadang orang tua tidak mengajarkan yang namanya moral,” kata psikolog yang akrab disapa Romi itu dikutip dari Antara pada Jumat (24/2/2023).

Pendidikan moral untuk cegah sifat kekerasan pada diri anak penting diberikan agar anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. “Moral adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui atau memilah mana yang baik dan mana yang buruk,”  beber dia.

Pendidikan moral, menurut Romi, dapat dimulai dari mengajarkan anak bagaimana caranya berempati. Dengan adanya rasa empati, anak pun memahami bahwa memukul, salah satu contohnya, merupakan perilaku yang buruk. Dengan empati bisa mencegah anak jadi pelaku tindak kekerasan.

Menurut Romi, empati juga merupakan kemampuan seseorang untuk memahami perasaan, pikiran, dan keinginan orang lain yang diajak bicara. Apabila mampu berempati kepada orang lain, anak akan lebih bisa memahami kondisi orang lain dan cenderung toleran.

Selain empati, terdapat banyak hal yang terkait dengan pendidikan moral yang dapat diajarkan kepada anak untuk cegah sifat kekerasan seperti fairness atau rasa adil, self-control atau kontrol diri, hingga kindness atau kebaikan atau berbuat baik kepada orang lain, kata Romi.

Apabila hal-hal tersebut diajarkan kepada anak, maka anak dengan sendirinya akan bisa memilah mana perilaku yang baik dan buruk, termasuk tahu perilaku mana yang tidak membuat orang lain terluka. Sebaliknya, jika tidak pernah diajarkan, maka akan berdampak pada ketidakpahaman yang dialami anak.

Romi memandang bahwa moral merupakan sesuatu yang tampaknya terberi dari Tuhan. Akan tetapi, jika tidak distimulasi dan tidak diasah, maka akan sulit bagi seseorang untuk memahami dan memilah mana yang baik dan buruk.

Terlepas dari pendidikan moral, pola pengasuhan juga menjadi hal penting lainnya yang harus dipahami orang tua guna mencegah munculnya sifat kekerasan pada anak di masa mendatang.

Terdapat empat jenis gaya pengasuhan antara lain otoriter, permisif, neglected atau pengabaian, serta demokratis. Menurut Romi, setiap pola asuh tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, imbuh dia, sebetulnya orang tua bisa memilih hendak menerapkan pola asuh yang mana.

“Anehnya orang tua kadang-kadang tidak melakukan itu. Kalau sudah pernah pakai satu gaya pola pengasuhan, itu yang terus-terus dipakai. Jadi dominannya ada pada satu gaya pengasuhan,” kata Romi.

“Sebetulnya gaya pengasuhan itu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari keadaan pada saat ini,” pungkas Romi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya