SOLOPOS.COM - Para LO disela-sela pekerjaan mereke dalam SIPA 2010, beberapa waktu yang lalu. (FOTO: Istimewa)

Para LO disela-sela pekerjaan mereke dalam SIPA 2010, beberapa waktu yang lalu. (FOTO: Istimewa)

Liaison officer (LO) kini menjadi salah satu profesi favorit di kalangan muda. Profesi ini dipercaya bisa jadi tiket masuk untuk meniti berbagai karier.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Itulah yang membuat Elida Aries Tantia masih punya keinginan untuk menjadi LO hingga saat ini. Lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UNS 2011 tersebut kini memang terbilang mapan dengan pekerjaannya sebagai Job Training and Industry Placement Staff di International Hotel School (HIS), namun dia masih kangen dengan pengalamannya sebagai LO. “Sebenarnya saat ini masih ingin kalau ada kesempatan, tapi sekarang memang sulit karena sudah kerja di sini,” katanya saat ditemui di kampus IHS, Kamis (19/7) lalu.

Dunia LO sangat menarik perhatiannya sejak masih menjadi mahasiswa. Perjalanannya sebagai LO dimulai saat dia melihat selebaran di kampus UNS tentang rekrutmen terbuka LO untuk agenda World Heritage City Conference (WHCC) 2008 lalu. Setelah mengikuti serangkaian seleksi, Elida lolos dan terlibat di event besar untuk kali pertama. Dari WHCC, gadis asal Grobogan ini melanjutkan pengalamannya sebagai LO di berbagai event internasional seperti SIPA 2009 dan 2011, 3rd  Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) serta ASEAN Para Games 2011.

“LO itu seperti manajer artis. Di sana kita enggak cuma mengantar tamu, tapi juga memperkenalkan Solo pada tamu-tamu itu,” katanya.

Pekerjaan sebagai penghubung dan pengantar menjadi menarik karena para tamu pasti bukan orang sembarangan. Setidaknya mereka punya status atau pengaruh tertentu di tempat asal mereka, apalagi jika tamu dari luar negeri entah artis, pejabat maupun aktivis tertentu.

Elida mengakui daya tarik profesi LO bukan dari bayarannya. Bahkan setelah dia jadi runner up dalam pemilihan Putri Indonesia 2009 tingkat Jawa Tengah sekalipun, Elida masih senang menjadi LO. Dengan jadi LO, dia punya kesempatan untuk berkenalan dengan orang-orang tertentu dari luar negeri. “Misalnya ketua kontingen Singapura untuk ASEAN Para Games kemarin yang saya dampingi, pasti dia punya pengaruh di sana.”

Dari perkenalan tersebut mereka saling berkomunikasi sampai saat ini setidaknya melalui BBM. Bahkan dari situ Elida sempat mendapat tawaran untuk sebuah pekerjaan di Singapura. “Tapi enggak diizinkan sama orangtua, akhirnya enggak jadi.”

 

Menantang

Hal yang sama juga diakui oleh Oktavia Nindita Sari, mahasiswi Jurusan Komunikasi FISIP UNS yang juga berkali-kali menjadi LO. Kini, Oktavia masih terlibat dalam berbagai event besar di Solo sebagai officer. “Tapi kalau boleh memilih, jadi LO sebenarnya lebih asyik,” katanya.

Karier Oktavia sebagai LO bermula dari keikutsertaannya dalam seleksi Putra-Putri Solo (PPS) 2009 dan menjadi salah satu finalis. Sejak itulah dia berkenalan dengan RAy Febri Hapsari Dipokusumo yang membina Paguyuban Putra-Putri Solo dan Solo Youth Heritage (sekarang jadi Solo LO). Keterlibatannya dalam paguyuban ini membuat Oktavia sering menerima job sebagai LO dan panitia dalam berbagai event seperti Bengawan Travel Mart 2011 dan Borobudur Travel Mart beberapa waktu lalu. “Tapi untuk ASEAN Para Games 2011 saya jadi officer.”

Tapi job tersebut juga berawal dari keterlibatannya sebagai LO dalam beberapa event sebelumnya. Menjelang penyelenggaraan ASEAN Para Games 2011, The Indonesian ASEAN Para Games Organising Committee (INASOC) mencari staf yang bertugas merekrut LO untuk agenda tersebut. Ada 10 orang yang mendapat job itu dan salah satunya adalah Oktavia. “Jadi kamilah yang mencari LO, membuat rekrutmen terbuka, menyebar info, melakukan seleksi sampai pembagian honor.”

Sama seperti Elida, Oktavia juga beberapa kali mendapat tawaran pekerjaan dari berbagai kenalannya selama jadi LO. “Dulu pas Garuda Indonesia lagi rekrutmen gede-gedean, saya dapat BBM dari marketing yang jadi kenalan saya. Sayangnya saya enggak bisa karena belum lulus kuliah.”

Namun, tidak selamanya pekerjaan sebagai LO selalu berjalan mulus. Pengalaman Oktavia menunjukkan ada saja pandangan negatif terhadap pekerjaan ini dari orang tertentu. Kadang-kadang tugas mendampingi tamu dianggap bisa berhubungan dengan kehidupan pribadi tamu. “Padahal dalam bekerja kami punya batasan-batasan tertentu,” ujar Oktavia.

Untungnya anggapan itu bisa ditepis dengan ketatnya penerapan etika sebagai LO dalam event-event di Solo. “Kami ini punya batasan, mulai dari menjemput tamu di bandara sampai mengantar ke pintu kamar,” katanya.

Anggapan bahwa LO bisa menemani tamu untuk hang out pun ditepisnya. “Kita enggak boleh menemani dia minum. Mendampingi tamu pun hanya sampai pukul 22.00 WIB. “

Elida Aries Tantia (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Musisi Denny Chasmala bersama para LO saat pagelaran SIPA 2011. (FOTO: Istimewa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya