SOLOPOS.COM - Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Hendry, dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live.(Tangkapan Layar)

Solopos.com, SOLO – Penanganan stunting menjadi hal yang terus digiatkan untuk mencetak generasi terbaik bangsa. Lahirnya bayi-bayi yang sehat disebut akan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk kemajuan bangsa ke depannya.

Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Hendry menyampaikan apresiasi terhadap komitmen pemerintah dalam menangani masalah stunting.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Tanoto Foundation juga memiliki komitmen untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi persoalan stunting. Menurutnya persoalan stunting juga erat kaitannya dengan penyiapan generasi emas bangsa ke depannya. Jika anak-anak di Indonesia bebas dari stunting, bukan tidak mungkin akan menjadi generasi yang unggul.
Eddy mengatakan untuk membentuk generasi hebat, sentuhan di sektor pendidikan juga sangat penting. Hanya, untuk mendapatkan pendidikan yang baik, juga diperlukan fondasi yang kuat. Dalam hal ini kesiapan dari anak-anak untuk menerima pendidikan.

“Jadi bukan hanya masalah kualitas pendidikan dan akses pendidikan yang penting. Tapi dari hulu, kita juga harus mempersiapkan otak anak supaya bisa menerima informasi-informasi yang berkualitas,” kata Eddy dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live. Kesiapan tersebut akan optimal ketika anak-anak di Indonesia lahir tanpa stunting.

Untuk mendukung pencegahan stunting di Indonesia, saat ini Tanoto Foundation telah bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan beberapa program. Salah satunya seperti yang dilakukan bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dengan membangun Rumah Anak Siapkan Generasi Anak Berprestasi (Rumah Anak Sigap).

Bersama Pemprov Jateng, pihaknya mengidentifikasi empat kabupaten/kota dalam rangka penurunan angka stunting. Dimana salah satu caranya adalah dengan membangun pusat pelayanan untuk pengasuhan dan stimulasi anak usia dini yang disebut dengan Rumah Anak Sigap. Lokasinya berada di Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.

“Jadi modalitas kerja kami adalah mendukung program pemerintah,” jelas dia.

Dia mengatakan konsep dasar yang perlu diperhatikan adalah ketika anak sudah lahir stunting, maka kemungkinan untuk bisa mengejar ketertinggalan, baik berat badan maupun perkembangan otak, hanya dapat dilakukan di dua tahun pertama.

Ada dua hal yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan tersebut, yakni dengan intervensi yang sangat intensif di bidang gizi, kemudian ditambah dengan stimulasi. Menurutnya dari penelitian yang ada, stimulasi bisa membantu mengejar dalam hal perkembangan otak.

Secara Holistik

kekerasan anak hari nasional
Ilustrasi anak-anak Indonesia. (freepik)

Di sisi lain dia menambahkan jika penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Penanganan stunting diyakini akan lebih optimal jika semua pihak turut serta di dalamnya.

Penanganan stunting juga harus dilihat secara holistik. Tidak serta merta penanganannya hanya pada bayi yang dalam kondisi stunting. Namun harus diantisipasi sejak dini. Pemahaman masyarakat harus ditingkatkan, mulai dari remaja putri, remaja putra, pasangan yang berencana punya momongan, ibu hamil, ibu balita dan sebagainya.

“Masalah stunting ini semua punya peran. Itulah pentingnya berkolaborasi, bersinergi untuk memastikan target yang ditentukan bisa tercapai. Penanganan bisa mulai dari keluarga, lingkungan kita sendiri hingga ke komunitas yang lebih besar, dan semua orang memiliki peran besar,” jelas dia.

Disebutkan saat ini Tanoto Foundation juga bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga negara guna mendukung percepatan penurunan angka stunting. Salah satunya terlibat kerja sama dnegan Kementerian Sosial untuk menyusun modul yang digunakan oleh para pendamping sosial PKH untuk penanganan stunting.

Sementara itu Staf Ahli Menko PMK Bidang Pembangunan Berkelanjutan, drg. Agus Suprapto, M.Kes, mengatakan program hilirisasi berkesinambungan yang saat ini tengah digenjot pemerintah, juga harus ditunjang dengan huluisasi, yakni pembangunan SDM.

“Artinya bahwa pembangunan SDM itu dimulai sejak di dalam kandungan bahkan pra nikahnya. Negara kita ini negara besar untuk bisa tumbuh maju dengan SDM yang berkualitas,” kata dia dalam acara tersebut.

Menurutnya Indonesia patut bersyukur memiliki sumber daya alam yang besar. Dengan program penghiliran, atau proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai, dinilai mampu memberikan tambahan pendapatan negara. Tetapi hal itu tidak akan berjalan optimal bila kualitas SDM rendah.

“Maka saya usulkan untuk mewujudkan huluisasi dengan 3T, yakni temukan, timbang dan tuntaskan. Kalau ada yang jurang gizi, kita gotong royong tuntaskan. Tidak bisa hanya berhenti pada tahap penyadaran tapi harus sampai pada aksi,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya