SOLOPOS.COM - ilustrasi

“Sering itu!” seru Juwita Maharani, 22, seorang pengusaha sepatu sambil terkekeh. “Itu sih sudah jadi makanan sehari-hari. Disuruh pulang pakai bahasa isyarat sampai bahasa verbal malah sampai diketusin sama pegawai, sudah biasa,” ujarnya lagi.

Rani sapaan akrabnya mengaku, nongkrong di kafe memang merupakan salah satu hobinya. Biar pun perutnya saat ini sudah membuncit lantaran bayinya akan lahir, hobi nongkrong di kafe tak bisa dilupakan begitu saja oleh calon ibu muda ini. Berbeda dengan kebanyakan wanita yang biasanya mulai mengurangi aktivitas saat kandungan memasuki usia tua, Rani justru masih saja aktif bekerja maupun “beredar” bersama rekan-rekan wanitanya.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Alasannya menurut Rani, beda-beda tipis antara bersantai dan bekerja. Jadi lebih baik bekerja saja. Nah saat ditanya apakah pernah sampai lupa waktu saat berada di kafe, Rani pun sambil terbahak menjawab hampir selalu.

“Rasanya hampir semua kafe di Solo ini sudah saya kunjungi. Biasanya sih teman-teman ada yang ngabarin kalau ada kafe baru. Langsung deh kita coba,” ujarnya.

Faktor utama yang membuatnya memilih suatu kafe untuk tempat nongkrong menurut Rani adalah kenyamanan, ragam menu serta jam buka. Yang terakhir ini, imbuhnya, paling diperhatikan karena bisa menunjang keasyikan nongkrong.

Kafe dengan jam buka panjang, semisal hingga lebih dari tengah malam biasanya menjadi favorit Rani dan teman-temannya menghabiskan waktu. Namun sepanjang apapun jam buka kafe tetap saja terkadang bagi Rani masih kurang.

“Pernah waktu itu di Excelso Paragon Mall, saya dan teman-teman keasyikan nongkrong sampai lupa waktu. Nah, pegawainya di sana sebenarnya sudah beberapa kali memberi isyarat bahwa kafe akan tutup. Sebagian kursi sudah mereka angkat kemudian mereka sengaja membuat suara gaduh supaya kami paham toko akan tutup,” cerita Rani.

Belum menunjukkan tanpa paham juga, sambung Rini, akhirnya salah seorang pegawai kafe mengatakan bahwa tempat tersebut akan ditutup. “Karena dibilang begitu, akhirnya kami segera keluar dari ruangan. Konyolnya, walau sudah keluar dari ruangan tetapi kami duduk lagi di kursi-kursi yang ditempatkan di teras sampai beberapa menit kayaknya,” ujar Rani.

Rombongan Rani dan teman-teman benar-benar pergi ketika lampu di kafe dimatikan. “Tengsin sih tiba-tiba gelap. Hahaha. Tapi ya sudahlah, akhirnya kami pergi juga. Habis gelap sih. Hahahaha,” ujarnya.

Pengalaman senada disampaikan Widya Rosena, 24, seorang pemilik EO. “Seperti Rani, yang namanya diusir halus sudah jadi makanan pencinta kafe seperti kami-kami ini. kebanyakan pengusiran itu adalah pengusiran halus seperti pelayan kafe mulai membereskan kursi-kursi dan meja. Tapi sering juga sih kami diberitahu bahwa kafe tutup. O iya, cara terakhir biasanya menolak order dengan alasan last order untuk pengunjung sudah berlalu. Kalau sudah ditolak begitu, saya biasanya langsung pulang. Habisnya kan ya aneh masak nongkrong tanpa pesan apa-apa,” tutur Widya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya