SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pentingkah anak-anak dikenalkan dengan barang-barang bermerek mulai dari baju sampai sepatu? Tentu ini soal pilihan masing-masing orangtua yang  sudah pasti disesuaikan dengan keuangan keluarga.  Lantas bagaimana mengakali agar pilihan ini tetap menomorsatukan nilai kegunaan suatu barang?

Seorang ibu bersama anak perempuannya terlihat mendatangi counter Barbie di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Jogja. Sang ibu, melihat baju yang tersusun rapi di rak.
   
Sementara sang anak memegang boneka Barbie yang terpajang di dalam kotak. Tak lama kemudian, perempuan dewasa itu memanggil anaknya yang berusia sekitar lima tahun dan menyuruhnya untuk mencoba sebuah atasan yang dipilihnya.
   
Selang waktu 10 menit, keduanya melangkah ke kasir untuk membayar belanjaan. Tidak tanggung-tanggung, sekitar Rp500.000-an dirogoh dari koceknya untuk mendapatkan baju dan beberapa pernak-pernik lainnya.
   
Ilustrasi di atas mewakili sikap sebagian orangtua yang membiasakan anaknya memakai barang bermerek. Tidak ada yang salah, selama situasi ini disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga dan tidak memaksakan kondisi.
   
Satu hal yang harus menjadi perhatian ketika membiasakan memberikan barang bermerek sejak usia dini adalah, tidak menutup kemungkinan akan terbawa hingga kehidupan dewasa si anak.
   
Lantas, bagaimana orangtua mengatur kebiasaan ini sehingga tidak menjadi candu bagi anak kelak?
   
“Tidak semua keinginan anak saya turuti,” ujar Rahayu, 30, kepada Harian Jogja, Rabu (2/11). Ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai wiraswasta ini menuturkan, dirinya senang membelikan anak perempuannya, Riri, barang-barang bermerek, seperti baju ataupun sepatu.
   
Namun, jika anak berusia enam tahun tersebut yang meminta secara langsung belum tentu dituruti. Alasannya, ketika Riri meminta belum tentu ia memiliki anggaran untuk membelikan barang tersebut.
   
Ia menilai, sikap ini dapat menanamkan nilai kepada anaknya, bahwa membeli barang itu harus sesuai dengan kondisi keuangan.
   
Selama ini Rahayu memang sering membelikan barang untuk anaknya dengan merek Barbie shoes, Cool, dan sebagainya.
   
Dalam sebulan, setidaknya ia mengalokasikan sekitar Rp500.000-an atau sekitar 10% dari pendapatannya untuk membelikan barang bermerek bagi anaknya.
   
“Apalagi anak seumuran Riri itu sedang dalam masa pertumbuhan sehingga baju atau sepatu sering tidak muat lagi,” jelas dia.
   
Ia sengaja memilih barang bermerek untuk anaknya karena lebih nyaman dan terlihat menaikkan prestige.
   
Sebagai seorang pengusaha, sambungnya, ia merasa barang-barang bermerek yang dikenakan anaknya menaikkan status sosial dan menimbulkan kepercayaan klien terhadap dirinya.
   
Kurniawati, 34, menuturkan, kebiasaan membelikan barang bermerek untuk kedua anak laki-lakinya telah berlangsung semenjak sang anak berusia dua tahun.
   
“Kebetulan saya sering sekali datang ke acara kumpul dengan teman-teman yang rata-rata membawa anak-anaknya,” papar ibu rumah tangga yang berdomisili di Condong Catur ini.
   
Bagi dia, barang bermerek terlihat pas dan nyaman di tubuh anak-anaknya. Pernah, lanjut dia, memberikan barang yang tidak bermerek, ternyata  tidak pas untuk kedua anaknya.
   
Dalam sebulan biasanya ia menganggarkan tidak lebih dari Rp1 juta untuk membelikan anak-anaknya barang bermerek. Kebetulan, suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan minyak di luar Jawa juga mendukung.
   
Terkait kebiasaan hingga dewasa, Wati mengatakan, dirinya tidak merasa khawatir sebab saat dewasa pastilah sang anak sudah dapat menentukan pilihannya sendiri dan menyesuaikan dengan dana yang mereka miliki jika berbelanja. “Selagi saya bisa mencukupi, tentu saja akan saya penuhi,” tandasnya.
   
Lain dengan Agatha Dyah Ayu yang sejak awal sudah membiasakan untuk tidak membelikan barang bermerek buat putrinya, Michelle Olivia Setyawan.
   
“Ya, masing-masing orangtua punya prinsip sendiri-sendiri. Kalau saya membiasakan untuk tak terlalu bergantung pada merek. Yang penting barang bagus, pantas dipakai dan nyaman,” ujar Ayu.
   
Menurut Ayu ada ketakutan jika sejak awal membiasakan membelikan barang bermerek buat anaknya. “Takutnya kalau sudah dewasa inginnya barang bermerek. Kalau tak branded nggak mau. Itu yang tidak saya inginkan,” tambahnya.(Wartawan Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya