SOLOPOS.COM - Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live.(Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Ada banyak hal yang dapat memengaruhi angka stunting. Selain masalah gizi dan kesehatan masyarakat, perubahan perilaku juga dinilai memiliki peran penting dalam penanganan stunting.

Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), yang juga Ketua Tim Pelaksana Penanganan Stunting, mengatakan  dibutuhkan strategi dalam penanganan beberapa faktor penyebab stunting, mulai dari faktor jangka pendek, menengah hingga jangka panjang.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Strategi jangka pendek misalnya pemberian makanan tambahan, ASI ekslusif dan lainnya. Strategi jangka menengah misalnya memastikan kesehatan pada calon pengantin, calon ibu hamil, dan sebagainya. Sedangkan untuk jangka panjang misalnya dengan masalah penanganan sanitasi, pendidikan dan penanganan kemiskinan.

Namun diluar itu, ada hal yang tak kalah penting, yakni terkait perubahan perilaku masyarakat. bahkan menurutnya perubahan perilaku tersebut bisa menjadi akar masalah terkait stunting.

“Kalau kita meruntut dari sebab semuanya tadi, akar penyebab masalah itu adalah perubahan perilaku,” kata dia dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live.

Dia mengatakan ketika semua faktor penyebab sudah ditemukan langkah penanganannya, misalnya dengan pemenuhan gizi, kesehatan calon pengantin, sanitasi dan lainnya, mestinya angka stunting tersebut sudah bisa ditekan lebih cepat.

“Tapi kenapa belum sukses? Salah satunya karena perubahan perilaku. Sama halnya, yang mau menikah justru lebih mementingkan prewedding dari pada prakonsepsi, itu juga karena perilaku,” lanjut dia.

Pihaknya pun mengapresiasi langkah Tanoto Foundation yang telah mendukung pencegahan dan penanganan stunting melalui sektor pendidikan. Dengan pendidikan, informasi-informasi penting dapat disampaikan kepada masyarakat sehingga bisa merubah perilaku masyarakat untuk menjadi lebih baik.

“Harapan kami di tahun-tahun mendatang bersama Tanoto Foundation kami akan fokus pada edukasi yang merubah perilaku, itu saya kira menjadi catatan penting,” kata dia.

Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Hendry, dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live.(Tangkapan Layar Youtube)

Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Hendry, dalam Webinar Hari Gizi 2024: Dari Stunting Jadi Stunning, Senin (22/1/2024), yang disiarkan di Youtube Espos Live.(Tangkapan Layar Youtube)

Sementara itu dalam acara yang sama, Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation, Eddy Hendry, juga menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen pemerintah dalam menangani masalah stunting.

Disebutkan jika Tanoto Foundation juga memiliki komitmen untuk mendukung pemerintah dalam mengatasi persoalan stunting. Ketika anak-anak di Indonesia telah bebas stunting, bukan tidak mungkin akan tercipta generasi emas ke depannya.

“Dari Tanoto Foundation menganggap bahwa jika kami ingin mencapai dampak yang signifikan di pendidikan, maka fondasi dasarnya harus kuat. Jadi bukan hanya masalah kualitas pendidikan dan akses pendidikan yang penting. Tapi dari hulu, kita juga harus mempersiapkan otak anak supaya bisa menerima informasi-informasi yang berkualitas,” kata dia.

Saat ini Tanoto Foundation telah bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan beberapa program yang bertujuan untuk penanganan dan pencegahan stunting. Salah satunya seperti yang dilakukan bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dengan membangun Rumah Anak Siapkan Generasi Anak Berprestasi (Rumah Anak Sigap).

Bersama Pemprov Jateng, pihaknya mengidentifikasi empat kabupaten/kota dalam rangka penurunan angka stunting. Dimana salah satu caranya adalah dengan membangun pusat pelayanan untuk pengasuhan dan stimulasi anak usia dini yang disebut dengan Rumah Anak Sigap. Lokasinya berada di Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.

“Jadi modalitas kerja kami adalah mendukung program pemerintah,” jelas dia.

Dia mengatakan konsep dasar yang perlu diperhatikan adalah ketika anak sudah lahir stunting, maka kemungkinan untuk bisa mengejar ketertinggalan, baik berat badan maupun perkembangan otak, hanya dapat dilakukan di dua tahun pertama.
Ada dua hal yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan tersebut, yakni dengan intervensi yang sangat intensif di bidang gizi, kemudian ditambah dengan stimulasi. Menurutnya dari penelitian yang ada, stimulasi bisa membantu mengejar dalam hal perkembangan otak.

Pada 2024 ini, Tanoto Foundation juga terus akan melaksanakan program-program penting dalam mendukung pemerintah. Di antaranya program yang berkolaborasi dengan pemerintah pusat. Seperti dengan BKKBN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan lainnya. Tanoto Foundation juga melakukan kerja sama dengan World Bank, Bappenas, serta kementerian dan kelembagaan terkait guna mendukung penerapan program Iney yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya