Lifestyle
Selasa, 22 Mei 2012 - 08:50 WIB

Promosikan Heritage dan Pasar Tradisional

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Heru Mataya (FOTO/Dok)

Heru Mataya (FOTO/Dok)

Heru Mataya mungkin tidak pernah dikenal sebagai seorang budayawan atau ahli sejarah di dunia akademik. Namun apa yang dilakukannya dengan sederet tempat bersejarah di Solo menunjukkan perannya dalam menjaga cagar budaya dari kepunahan.

Advertisement

Heru yang lebih dikenal sebagai event organizer ini memang menjadikan kebudayaan sebagai basis dalam setiap festival yang dihelatnya. Dia sengaja tidak menggunakan bangunan teater besar atau gedung-gedung mahal sebagai panggung keseniannya. Justru tempat seperti kampung-kampung tua dan pasar tradisional yang dulu terabaikan disulapnya menjadi panggung.

“Saya selalu berusaha mempertemukan kreasi anak muda dengan heritage di kampung-kampung itu,” kata Heru kepada Espos, Sabtu (19/5) lalu.

Dulu, Heru sempat berkutat di teater-teater kampus ISI Solo yang memang gudangnya seniman muda. Sejak 2007, dia tertarik menggunakan kampung tradisional. Kampung Batik Kauman adalah yang pertama digunakannya. Saat itu, Heru membuat festival tari di Kauman dan menjadikan lorong-lorong kampung tersebut sebagai inspirasi para seniman tari.

Advertisement

Sejak itulah, event yang digelarnya selalu menggunakan latar belakang kampung, bangunan bersejarah dan pasar tradisional. Namanya semakin melejit saat menggelar Solo Batik Carnival (SBC) beberapa tahun lalu dengan menggunakan Jl Slamet Riyadi sebagai panggung berjalan. Namun yang lebih penting adalah seluruh event besar itu mampu mengangkat postensi budaya lokal yang juga berpengaruh pada ekonomi warga setempat.

“Saya pikir event tersebut membuat kampung lebih sadar dan bersemangat mengembangkan potensi budayanya. Ini menimbulkan kegairahan di kampung lainnya,” kata Heru menanggapi efek dari event pertamanya dulu. “Membangun kota bisa mulai dari kampung dan harus melibatkan generasi mudanya.”

Dalam setiap event, Heru selalu melibatkan anak muda baik para seniman, kru, semua orang yang tampil dan orang-orang di belakang layar. Sanggarnya yang terletak di Timuran lebih banyak diisi oleh anak-anak muda baik yang jadi kru maupun yang akan tampil.

Advertisement

Selain menggarap anak muda, Heru juga memberdayakan masyarakat dengan melibatkan komunitas setempat dalam penyelenggaraan acara. Misalnya dia melibatkan paguyuban pasar dan paguyuban perajin batik selain komunitas seniman.

“Saat di Kauman dulu, saya bekerja sama dengan Paguyuban Batik Kampung Kauman dan Jurusan Arsitektur UNS. Yang memberi support juga masyarakat sekitar, pemerintah juga, tidak selalu dana tapi juga fasilitas dan tenaga.”

Begitulah hingga event heritage-nya bukan hanya digelar di Solo, juga di berbagai kota di Indonesia dan bahkan luar negeri. Sejak pekan lalu, Heru mengikuti Tong-Tong Fair di Denhaag, Belanda untuk menampilkan red batik Solo dan pasar-pasar tradisional Solo ke negara-negara Eropa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif