Hiruk-pikuk film produksi Lakon Animasi sempat menumbuhkan harapan besar para pecinta animasi di Solo. Kabar bahwa film pendek ini menjadi awal dari terbentuknya sekolah animasi di Soloraya membuat orang-orang menunggu apa yang akan terjadi. Sayang, harapan itu belum juga muncul hingga hari ini.
Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya
Agung Dewantoro adalah salah satu orang yang berharap banyak munculnya sekolah animasi itu. Jika benar sekolah itu muncul di Solo, dia punya harapan lebih untuk mengembangkan bisnis animasinya+3620 yang baru berusia tiga bulanan.
“Kita tunggu enggak muncul-muncul, akhirnya saya kirim tim saya untuk belajar di sebuah studio animasi di Jogja,” kata Agung, Sabtu (14/4) lalu.
Bersama timnya, Anak Kerang, Agung merintis bisnis animasi sejak mengikuti inkubator bisnis di Solo Technopark angkatan ke-2. Inilah satu dari sedikit bisnis animasi yang mulai merintis eksistensinya. Mereka tak berpikir tentang uang besar dalam waktu dekat namun memperkuat modal skill dan SDM mereka. Meskipun menawarkan produk jasa berteknologi tinggi, mereka masih harus berjuang keras untuk menaklukkan pasar.
Seusai diwisuda pada Desember tahun lalu, mereka mulai bergerak dengan mencari berbagai job di Solo. Karena jumlah SDM yang masih terbatas, Agung mengirim 10 orang anggota timnya untuk belajar lagi di Jogja. Mereka kembali lagi ke Solo saat ada banyak pekerjaan beberapa waktu lalu. Selanjutnya, lima orang di antara mereka tetap berada di Solo dan selebihnya kembali lagi ke Jogja.
Bisnis animasi ini sebenarnya sudah cukup berkembang. Mereka baru berjalan selama tiga bulan dan sudah mengerjakan beberapa proyek penting. Misalnya pengerjaan salah satu serial film pendek untuk susu bubuk Dancow dan yang terakhir adalah proyek animasi untuk revitalisasi kawasan Galabo, Gladak, Solo. Proyek yang terakhir ini merupakan salah satu komitmen Pemkot Solo untuk membuat animasi setiap ada proyek pembangunan dari Pemkot.
“Dulu memang ada komitmen untuk itu. Tapi awalnya kami cuma diberi waktu satu pekan dan jelas itu tidak mungkin. Akhirnya kami nego waktunya menjadi dua pekan,” kata Agung.
Pengerjaan animasi 3D yang butuh banyak waktu itulah yang membuat Agung ingin menambah jumlah anggota dalam timnya. Untuk itu, mereka harus mengeluarkan dana cukup besar, terutama untuk biaya hidup di Jogja selama mengikuti pendidikan. “Anak Kerang sendiri punya kas, kami siapkan tempat tinggal di sana tapi anak-anak membiayai sendiri biaya hidup di sana.”
Dengan SDM saat ini, sebenarnya Anak Kerang sudah mampu mendapatkan banyak job. Saat ini, mereka masih bekerja sama dengan berbagai pihak seperti para konsultan proyek atau studio animasi besar yang proyeknya sudah overload. Mereka masih punya mimpi besar, yaitu membangun sebuah studio animasi di Solo.
Untuk itulah mereka terus mengembangkan SDM dalam tim. Mereka pun membuka diri ketika ada orang baru yang ingin belajar animasi dan serius terjun di bidang ini. “Yang penting kami prototipekan dulu bisnis ini agar bisa layak. Baru kami bergerak lebih jauh.” Adib Muttaqin Asfar
Prototype Bisnis Animasi
Eksis Dulu, Untung Besar Kemudian
Hiruk-pikuk film produksi Lakon Animasi sempat menumbuhkan harapan besar para pecinta animasi di Solo. Kabar bahwa film pendek ini menjadi awal dari terbentuknya sekolah animasi di Soloraya membuat orang-orang menunggu apa yang akan terjadi. Sayang, harapan itu belum juga muncul hingga hari ini.
Agung Dewantoro adalah salah satu orang yang berharap banyak munculnya sekolah animasi itu. Jika benar sekolah itu muncul di Solo, dia punya harapan lebih untuk mengembangkan bisnis animasinya yang baru berusia tiga bulanan.
“Kita tunggu enggak muncul-muncul, akhirnya saya kirim tim saya untuk belajar di sebuah studio animasi di Jogja,” kata Agung, Sabtu (14/4) lalu.
Bersama timnya, Anak Kerang, Agung merintis bisnis animasi sejak mengikuti inkubator bisnis di Solo Technopark angkatan ke-2. Inilah satu dari sedikit bisnis animasi yang mulai merintis eksistensinya. Mereka tak berpikir tentang uang besar dalam waktu dekat namun memperkuat modal skill dan SDM mereka. Meskipun menawarkan produk jasa berteknologi tinggi, mereka masih harus berjuang keras untuk menaklukkan pasar.
Seusai diwisuda pada Desember tahun lalu, mereka mulai bergerak dengan mencari berbagai job di Solo. Karena jumlah SDM yang masih terbatas, Agung mengirim 10 orang anggota timnya untuk belajar lagi di Jogja. Mereka kembali lagi ke Solo saat ada banyak pekerjaan beberapa waktu lalu. Selanjutnya, lima orang di antara mereka tetap berada di Solo dan selebihnya kembali lagi ke Jogja.
Bisnis animasi ini sebenarnya sudah cukup berkembang. Mereka baru berjalan selama tiga bulan dan sudah mengerjakan beberapa proyek penting. Misalnya pengerjaan salah satu serial film pendek untuk susu bubuk Dancow dan yang terakhir adalah proyek animasi untuk revitalisasi kawasan Galabo, Gladak, Solo. Proyek yang terakhir ini merupakan salah satu komitmen Pemkot Solo untuk membuat animasi setiap ada proyek pembangunan dari Pemkot.
“Dulu memang ada komitmen untuk itu. Tapi awalnya kami cuma diberi waktu satu pekan dan jelas itu tidak mungkin. Akhirnya kami nego waktunya menjadi dua pekan,” kata Agung.
Pengerjaan animasi 3D yang butuh banyak waktu itulah yang membuat Agung ingin menambah jumlah anggota dalam timnya. Untuk itu, mereka harus mengeluarkan dana cukup besar, terutama untuk biaya hidup di Jogja selama mengikuti pendidikan. “Anak Kerang sendiri punya kas, kami siapkan tempat tinggal di sana tapi anak-anak membiayai sendiri biaya hidup di sana.”
Dengan SDM saat ini, sebenarnya Anak Kerang sudah mampu mendapatkan banyak job. Saat ini, mereka masih bekerja sama dengan berbagai pihak seperti para konsultan proyek atau studio animasi besar yang proyeknya sudah overload. Mereka masih punya mimpi besar, yaitu membangun sebuah studio animasi di Solo.
Untuk itulah mereka terus mengembangkan SDM dalam tim. Mereka pun membuka diri ketika ada orang baru yang ingin belajar animasi dan serius terjun di bidang ini. “Yang penting kami prototipekan dulu bisnis ini agar bisa layak. Baru kami bergerak lebih jauh.”