SOLOPOS.COM - Rancangan Hendra Wijaya (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Rancangan Dewi Syifa (FOTO/Istimewa)

Fashion ready to wear memang sedang diburu lantaran lebih praktis dan mampu menekan biaya. Seperti fashion yang ditawarkan Ragam Kriya, di Jl Ahmad Dahlan Jogja. Karya perajin kecil hingga perancang ternama dengan mudah bisa didapatkan tanpa harus membuang waktu dan tenaga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Soft Opening Ragam Kriya (Raya) yang didirikan Asosiasi Eksportir dan Perajin Handicraft Indonesia (Asephi) DIY digelar Sabtu (17/3). Acara yang diresmikan Sri Sultan HB X itu dimeriahkan dengan peragaan koleksi Raya hasil rancangan 10 desainer ternama dan sejumlah perajin kecil. Para desainer tersebut adalah Afif Syakur, Rendy Hapsato, Dandy T Hidayat, Manik Puspito, Amin Hendra Wijaya, Alma Riva, Dewi Syifa, Lia Mustafa, Sugeng Waskito dan Wulang Gemilang.
Semua perancang menampilkan keunikannya namun tetap berpegang pada busana siap pakai. Dandy T Hidayat misalnya, mengangkat baju karier sekaligus bisa dikenakan untuk cocktail. Ia memaksimalkan batik tanpa harus menggunakan pakem khusus. Ia bereksperimen dari inspirasinya androgini. Menurutnya, busana berbau androgini mampu mewakili keinginan pasar saat ini lantaran berciri maskulin namun tetap tampak feminin. “Nggak kelihatan cowok full, tapi juga nggak cewek full,” jelasnya.
Dandy memanfaatkan kain katun, dengan bawahan sifon. Ia masih tetap dengan style-nya yang mengarah pada fashion elegan namun tetap aman bermain dengan garis-garis inovatif. “Baju-baju saya ini bisa dipakai untuk kerja, tanpa ganti pakaian, dengan menanggalkan jas misalnya, sudah bisa langsung ke acara malam dinner atau pesta,” tambahnya.

Rancangan Rendy Hapsato (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Dandy menambahkan ready to wear juga sedang dicari sekarang karena orang sukanya lebih praktis, tidak harus mencari desainer, mengukur badan dan menjahitkannya.
Desainer Lia Mustafa mengangkat Lumiere yang berarti cahaya. Gradasi cahaya sangat tampak dalam karyanya yakni warna kuning, cokelat sampai warna gelap. Lia menggunakan tenun Jepara dan batik motif kontemporer. “Saya melihat Indonesia dari sudut masa saja, ada inspirasi alam yang sangat kuat, itulah yang mempengaruhi karya-karya saya,” kata Lia.
Lia memandang, keinginan ibu-ibu muda di Jogja sangat cepat berkembang. Mereka up to date soal fashion sehingga menuntut kreativitas para desainer. “Hampir setiap minggu ada fashion show, ini menandakan perkembangan dunia fashionluar biasa,” imbuhnya.

Rancangan Hendra Wijaya (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Sementara rancangan para perajin kecil di DIY dinilai GKR Pembayun sangat potensial. Raya diharapkan menjadi tempat representatif menampung karya mereka. “Raya ini berorientasi sebagai barometer produk kerajinan dengan konsep one shop shopping,” tutur Ketua Asephi ini. Untuk itu, Raya dihadirkan sebagai pusat perbelanjaan wisatawan karena dibuka sejak pukul 07.00-23.00 WIB, dengan harga-harga cukup terjangkau meski berlebel nama desainer ternama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya