SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Bila seseorang harus memilih dan mengambil keputusan sebuah masalah, apa yang akan dilakukan?

Bila yakin dengan pilihannya, ia akan langsung memutuskan. Bila masih ada keraguan, mungkin akan mencari informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan yang akan ditentukan. Bila masih ragu juga, mungkin ia akan bertanya kepada teman, ustaz, kiai, paranormal, atau mereka yang dianggap lebih mengetahui.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Jawaban dari mereka yang ditanya, akan menentukan pilihan seseorang, apalagi bila si penanya meyakini “kelebihan” mereka yang ditanya. Tetapi, apa jaminan bahwa masukan dari yang ditanya merupakan pilihan yang tepat?

Karena setelah berlalunya waktu, walaupun telah dipertimbangkan dengan matang dan bertanya ke sana-sini, terkadang seseorang menyesali keputusan yang pernah diambilnya.

Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturahmi Minggu Legi (Fosmil) di Kota Solo, Muhsin Al-Jufri, mengatakan sebagai seorang muslim, mengapa saat menghadapi masalah penting tidak melaksanakan salat istikharah (memohon petunjuk)?

Padahal, dengan bertanya kepada Allah melalui istikharah, akan mendapat jawaban dari Allah SWT, yang pasti dan mutlak benar. Malah sebagian dari umat beranggapan, bahwa salat istikharah hanya sebatas masalah memilih jodoh. Apakah demikian tuntunan agama?

Dikatakan Muhsin Al-Jufri, sahabat Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan, bahwa Nabi SAW mengajarkan tentang salat istikharah sebagaimana mengajarkan Al-Qur’an. Beliau SAW bersabda, “Bila salah seorang di antara kamu bermaksud akan melakukan sesuatu, maka hendaklah ia salat dua rakaat selain fardhu. Kemudian mengucapkan, [dengan terjemahan bebas dan singkat] Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dari anugerah-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa dan aku tidak berkuasa, Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini [menyebutkan masalah yang dimaksud] baik untuk agama, kehidupan, dan kesudahannya, maka jadikan dan mudahkanlah bagiku, serta berkahilah. Namun jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagi agama, kehidupan dan kesudahannya, maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya…..”

Ada hikmah penting dari ajaran untuk melaksanakan salat istikharah, yaitu untuk menjalin hubungan kedekatan dengan Allah. Saat seseorang bertanya dan mendapatkan jawaban, maka akan muncul rasa kedekatan dan “kehadiran” Allah dalam hatinya.

Kemunculan rasa inilah yang termasuk hikmah dan pelajaran inti dari disunahkannya istikharah. Karena untuk merasakan “kehadiran” Allah dalam ibadah yang lain, termasuk salat, tidaklah mudah. Sedang melalui istikharah, bukan hanya dekat, tetapi bagai berdialog.

“Dalam doa yang dipanjatkan, juga terucap pengakuan bahwa Allah yang Maha Mengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui dan akan salah jalan tanpa petunjuk-Nya. Manusia makhluk yang lemah, tidak mengetahui apa yang akan terjadi tahun depan, besok, bahkan lima menit yang akan datang. Karena itu juga, bertanya kepada Allah melalui istikharah mutlak diperlukan seorang hamba,” ujar dia, Rabu (15/12/2021).

Namun yang penting untuk diingat, jangan sampai seseorang salah dalam memahami jawaban yang diberikan Allah. Sebab jawaban dari istikharah, belum tentu melalui mimpi seperti anggapan mayoritas umat.

Bisa juga jawaban tersebut dalam bentuk kemantapan hati, melalui pertimbangan mereka yang ditanya, munculnya pemikiran baru, dan lain-lain. Karena itu, bila seseorang telah memiliki kecenderungan pilihan lalu beristikharah, dikhawatirkan tidak objektif dan salah dalam menafsirkan jawaban dari Allah.

Tetapi bila seseorang yang istikharah benar-benar dalam kondisi memohon petunjuk, bukan telah memiliki kecenderungan pilihan lalu beristikharah, maka jawaban atas permohonannya akan tepat dan mudah untuk dilaksanakan.

Walaupun mungkin tidak seperti yang dikehendakinya, namun akan muncul pemikiran yang mampu diterima logika dan menenteramkan hati. Ini jugalah yang temasuk pelajaran dari istikharah, yaitu pengakuan dan kepasrahan seorang hamba kepada Allah yang Maha segalanya. Dan Nabi SAW bersabda, “Tidak kecewa orang yang istikharah.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya