SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedatangan pedagang Arab dan Gujarat ke Indonesia. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu peristiwa bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa ini merupakan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal.

Untuk merayakan momen ini, di Indonesia biasanya diisi dengan tasyakuran, pengajian, zikir, selawat, pembacaan buku rawi atau buku sejarah kehidupan Nabi Muhammad serta berbagi makanan.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Umat muslim sendiri mengenang Nabi sebagai orang berbudi pekerti luhur yang sangat sempurna tanpa mengaku sebagai dewa, malaikat, atau Tuhan.

Dalam sejarahnya dalam laman resmi Nahdlatul Ulama (NU online), Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan sejak tahun kedua Hijriah. Catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. Dalam catatan tersebut dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.

Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi). Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) ada juga pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir 15 tahun sebelum peristiwa Gajah. Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai 70 tahun.

Di Indonesia sendiri, peristiwa bersejarah Maulid Nabi Muhammad SAW ini dilakukan dengan berbagai ekspresi.

Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain. Selesai membaca Manakib Nabi Muhammad, biasanya masyarakat menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara gotong royong oleh warga. Masyarakat Muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya