SOLOPOS.COM - Kalender Februari 2024. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, SOLO — Sejarah tahun kabisat 29 Februari banyak bikin penasaran masyarakat mengingat pada 2024 termasuk dalam tahun kabisat atau dalam setahun ada 366 hari.

Setiap empat tahun sekali, Februari memiliki tanggal 29 atau berjumlah 29 hari. Hal ini pun mempengaruhi jumlah hari dalam setahun menjadi 366 hari. Di tahun biasa, jumlah harinya hanya 365 dan Februari hanya sampai tanggal 28.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ternyata hal ini dipengaruhi oleh gerak semu tahunan Matahari sebesar 365,25 hari. “Di masa Julius Caesar diketahui gerak semu tahunan matahari adalah 365,25 hari sehingga ditetapkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari,” terang Muh Ma’rufin Sudibyo, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dilansir laman resmi NU online.

Untuk masa sisanya, yakni 0,25 hari per tahun, akan terkumpul menjadi satu hari setiap empat tahun sekali. Untuk itu, maka setiap empat tahun sekali jumlah dalam setahun itu menjadi 366 hari (tahun kabisat). “Satu hari tambahan tersebut dibebankan kepada bulan Februari, sehingga menjadi 29 hari,” terang Ma’rufin.

Mengutip Sampoernaacademy.sch.id, sejarah tahun kabisat pertama kali dicetuskan oleh seorang astronom bernama Sosigenes Alexandria, yang saat itu sudah hidup di masa kepemimpinan Julius Caesar. Sosigenes menghitung jika Bumi memerlukan waktu selama 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 5 detik. Guna mengelilingi Matahari dalam orbitnya dan untuk memudahkan perhitungan.

Sebelum tahun kabisat, masyarakat zaman dulu mengenal bulan kabisat. Sementara itu, ahli sejarah masih belum meyakini cara bangsa Romawi mempertahankan dan menjaga sistem kalendernya. Bangsa Romawi seperti tidak terlalu yakin dengan seluruh sistem penanggalan, kalender Romawi sebelumnya memiliki 11 bulan ditambah dengan periode musim dingin.

Panjang musim dingin yang bervariasi ini menyebabkan kalender Romawi tidak dapat untuk dipatenkan, hingga bangsa tersebut menggantinya dengan bulan Januari dan Februari yang baru guna mengatasi kondisi tersebut. Romawi menerapkan bulan kabisat yang juga dikenal dengan Macedonius, fungsinya untuk membedakan sistem penanggalan dengan solar.

Dalam sejarah tahun kabisat, Macedonius tak diterapkan antara bulan namun di sela-sela bulan Februari dengan alasan berkaitan lunar cycles. Meski demikian, sistem ini justru membuat bingung hingga pada akhirnya di zaman Julius Caesar kalender Romawi dan solar tidak lagi sinkron. Sejarah memperkirakan hanya ada lima juta orang di dunia yang lahir pada 29 Februari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya