SOLOPOS.COM - BIKE COLONY - Tiga orang model berpose dengan sepeda saat pembukaan Bike Colony di lantai 1 Solo Square, Rabu (11/4). Bike Colony menyediakan sepeda dan perlengkapannya dari berbagai merk dengan harga bervariasi. (Espos/Sunaryo Haryo Bayu)

BIKE COLONY - Tiga orang model berpose dengan sepeda saat pembukaan Bike Colony di lantai 1 Solo Square, Rabu (11/4). Bike Colony menyediakan sepeda dan perlengkapannya dari berbagai merk dengan harga bervariasi. (Espos/Sunaryo Haryo Bayu)

Setelah nyaris terlupakan sepeda kini kembali naik kelas. Moda transportasi ramah lingkungan ini menjadi tren di beberapa kota besar tak terkecuali Solo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Banyak alasan mengapa orang kembali melirik sepeda dari mulai hobi, moda transportasi pilihan hingga alasan menunjang kebutuhan gaya hidup sehat dan menyukseskan go green.

Salah seorang warga Nusukan, Banjarsari, Widodo, 45, misalnya mengaku ingin menjalankan gaya hidup sehat dengan bersepeda.

“Setiap Minggu pagi saya bersepeda ke Waduk Cengklik, saya bersepeda ingin sehat, mengeluarkan keringat sehingga badan lebih enteng dan bugar,” ujar nya saat ditemui Espos di salah satu toko sepeda di Solo.

Tren bersepeda yang semakin menggejala di masyarakat Kota Bengawan membuat sepeda nyaris bisa ditemui di seluruh sudut kota. Tidak sedikit sepeda yang berseliweran di jalan dari mulai sepeda onthel, MTB atau sepeda gunung, sepeda lipat (Seli) hingga sepeda fixie.

Ajang Car Free Day yang digelar setiap hari Minggu juga berpengaruh terhadap minat orang bersepeda sehingga turut mendongkrak penjualan sepeda.

Beberapa toko sepeda di Solo kini banyak didatangi pembeli khususnya di musim libur sekolah. Salah satunya di Toko Sepeda Liem. Toko sepeda yang berada di Jl Sutan Sahrir tepatnya simpang empat Pasar Legi Solo itu selalu ramai dikunjungi pembeli.

“Dulu penjualan sepeda suram tapi saat ini mulai jadi tren. Apalagi sekarang model sepeda juga macam-macam. Sejak ada CFD banyak orang yang tertarik bermain sepeda-sepedaan dan mereka tertarik membeli,” ujar pemilik toko, Setyawan kepada Espos, Minggu (29/4).

Setyawan mengatakan sepeda yang paling banyak dicari saat ini Seli. Alasannya karena mudah dibawa dan modelnya keren. Meski begitu, banyak juga pembeli yang melirik sepeda MTB.

“Tidak hanya sepeda untuk orang dewasa yang laris, sepeda anak-anak juga banyak dicari. Paling ramai musim liburan atau setelah kenaikan kelas,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Supervisor Toko Sepeda Rukun Makmur, Heriyanto. Toko yang berada di Jl Slamet Riyadi Solo ini ramai dikunjungi pembeli pada saat musim libur sekolah.

“Kalau sehari-hari penjualan normal. Setiap hari rata-rata bisa jual sepeda minimal dua unit. Yang paling banyak dicari ya Seli terutama merek Cina karena harganya lebih murah,” katanya.

Satu unit Seli produk China menurut Heri dilego mulai harga Rp700.000, sementara Seli yang bermerek seperti Polygon dan Dahon harganya mencapai jutaan.

Di beberapa toko sepeda lain juga rata-rata Seli China dibanderol mulai harga Rp700.000. Sementara sepeda merek Wimcycle berbagai jenis misalnya dijual mulai Rp1,5 juta, Polygon mulai Rp2,5 juta dan sepeda MTB seperti Federal dijual mulai Rp500.000. Sedangkan sepeda anak-anak ditawarkan mulai Rp200.000 per unit.

Ada pula sepeda MTB yang ditawarkan dengan harga fantastis mulai Rp25 juta hingga puluhan juta rupiah dengan berbagai kelebihan seperti frame terbuat dari karbon sehingga lebih ringan, rimnya berbeda dengan sepeda biasa, suspensi lebih empuk dan kuat.

“Sepeda MTB harga Rp40 juta juga ada yang mencari biasanya penghobi ataupun atlet. Sepeda yang mahal biasanya harus pesan dulu ke Jakarta,” ujar Setyawan. Lutfiyah

Walaupun sepeda mahal biasanya jauh lebih kuat dan awet namun pada dasarnya hampir semua sepeda awet karena semua tergantung pemakaian. Dibanding sepeda impor China, sepeda lokal menurut Setyawan jauh lebih bagus kualitasnya.

“Sepeda KW impor harganya memang terjangkau tapi mutunya kurang, tapi sepeda buatan China yang bagus juga ada tapi yang penting pemakaian dan perawatannya tepat supaya sepedanya awet,” imbuhnya.

Bukan hanya sepeda baru saja yang banyak diincar pembeli, sepeda bekas atau second juga diminati karena harganya jauh lebih murah.  Beberapa tempat penjualan sepeda second juga banyak di Solo dan sekitarnya seperti di kawasan Pasar Sepeda Proliman dan Pasar Sepeda Jl Slamet Riyadi Kartasura, Sukoharjo.

“Sepeda Seli bekas dijual sekitar Rp500.000 sampai Rp600.000, MTB biasa sekitar Rp250.000-Rp350.000,” ujar salah satu pegawai toko sepeda di Pasar Proliman Banjarsari, Solo, Dwi Susanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya