Lifestyle
Jumat, 11 Maret 2022 - 07:30 WIB

Sikap Nabi Muhammad terhadap Orang yang Tidak Rapi

Muhsin Al-jufri  /  Damar Sri Prakoso  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sewaktu Nabi SAW sedang duduk bersama para sahabat, datang seseorang ikut bergabung ke majlis. Karena rambut dan janggutnya terlihat kotor dan tidak rapi, beliau memberi isyarat kepada sahabat tadi agar merapikan penampilannya.

Setelah pulang dan merapikan diri, ia kembali dan dipuji oleh Nabi karena penampilannya lebih baik dari sebelumnya.

Advertisement

Saat menyaksikan sahabat yang berambut kusut, Nabi menegur dengan berkata, “Apakah dia tidak memiliki sesuatu untuk menyisir rambutnya?”

Pada kesempatan lain, sewaktu menyaksikan seorang sahabat yang berpakaian kumal, beliau memerintahkan agar mencuci pakaiannya. Demikian perhatian Nabi kepada para sahabat dalam masalah kebersihan.

Advertisement

Pada kesempatan lain, sewaktu menyaksikan seorang sahabat yang berpakaian kumal, beliau memerintahkan agar mencuci pakaiannya. Demikian perhatian Nabi kepada para sahabat dalam masalah kebersihan.

Nabi SAW bukan hanya menganjurkan, namun memberi teladan dengan selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Seperti dalam masalah bersiwak, membersihkan gigi dengan sepotong kayu yang menyerupai sikat gigi. Beliau mengatakan, bila tidak takut memberatkan umatnya akan mewajibkan bersiwak.

Beliau bersiwak setiap akan berwudu, salat, mengaji, berkhotbah, mandi, termasuk di saat akan tidur dan bangun tidur. Untuk menggalakkan pemakaiannya, beliau menjelaskan tentang kemanfaatan siwak. Di antaranya membersihkan mulut, membersihkan dan memutihkan gigi, menguatkan gusi hingga disenangi malaikat.

Advertisement

Penggalan Surat Al-Mudzatsir, yang termasuk ayat Al-Qur’an yang mula-mula diturunkan kepada Nabi SAW juga menyinggung mengenai kebersihan. ”Dan pakaianmu bersihkanlah.” (Q. S. 74; 4). Allah juga menjelaskan, bahwa Dia menyenangi kesucian dan kebersihan.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Q. S. 2; 222) “Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Q. S. 9; 108)

Dalam menganjurkan mengenai mandi, beliau bersabda, “Suatu keharusan atas tiap orang muslim mandi dan memakai wewangian serta menggosok gigi pada hari Jumat.”

Advertisement

Dalam riwayat juga disebutkan, bahwa beliau melarang seseorang yang makan bawang, atau sesuatu yang baunya akan mengganggu, masuk ke masjid. Nabi juga memerintahkan agar membersihkan masjid dan memberi pengharum. Dengan suasana yang bersih dan rapi, termasuk para jemaahnya, akan membantu terciptanya suasana yang khusyuk.

Kebersihan yang diajarkan Islam, tidak sebatas kepada diri dan masjid, tetapi bersifat umum, termasuk rumah dan lingkungan. Pada masa silam, orang Yahudi sering membuang sampah di halaman rumah mereka, maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan,…. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru orang-orang Yahudi.”

Bila kita merenungkan tentang semua ini, apalagi ajaran tersebut disampikan 14 abad yang silam, maka akan tergambar kebenaran dan kesempurnaan ajaran Islam.

Advertisement

Kebersihan belum menjadi perhatian seluruh bangsa di dunia, sementara Nabi SAW bersabda, “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.”

Belum lagi ajaran Islam mengenai haid, nifas, khitan, sunnah fitrah, tata cara buang air besar dan kecil, dan lain-lain. Dengan perkembangan ilmu kedokteran modern juga telah terbukti, bahwa ajaran Islam yang diteladankan oleh Nabi SAW dalam masalah kesehatan, semuanya berhubungan dengan masalah kesehatan.

Jangankan masalah yang besar, (maaf) posisi saat buang kecil yang dianjurkan Nabi pun sejalan dengan ilmu kesehatan dan kebersihan.

Karena itu juga, sungguh sangat disayangkan bila seorang muslim tidak mengetahui kesempurnaan ajaran agamanya sendiri. Padahal dengan mengetahui dan mengamalkannya, dalam melaksanakan kebersihan diri dan lingkungan pun akan bernilai ibadah yang berpahala.

 

Muhsin Al-Jufri
Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturhami Minggu Legi (Fosmil) di Kota Solo

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif