Lifestyle
Jumat, 13 Juli 2012 - 14:34 WIB

Silaturahim untuk Kehidupan Lebih Baik

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa dan guru SDN Joglo, Kadipiro, Banjarsari, Solo bersalaman di halaman SDN itu, beberapa waktu lalu. Mereka ber-silaturahim dan saling memaafkan. (Dok)

Siswa dan guru SDN Joglo, Kadipiro, Banjarsari, Solo bersalaman di halaman SDN itu, beberapa waktu lalu. Mereka ber-silaturahim dan saling memaafkan. (Dok)

Silaturahim adalah ajaran Islam yang bersifat sosial. Silaturahim adalah doktrin kemanusiaan dalam Islam. Bagi umat Islam dan masyarakat Jawa secara umum, Syakban, Ramadan dan Syawal adalah bulan silaturahim.

Advertisement

Pada bulan-bulan itu orang Jawa (muslim) punya tradisi yang ujungnya sama yaitu silaturahim. Sebagian tradisi itu jika dibicarakan dalam ranah Islam memang ada yang memunculkan kontroversi, seperti syawalan, sadranan dan tradisi ujung pada Idul Fitri. Tapi, hikmah silaturahim sangat pekat dalam tradisi tersebut.

Apa sebenarnya silaturahim itu? Apakah harus bertemu secara fisik? Bukankah banyak acara yang didesain untuk ber-silaturahim? Bagaimana dengan kehadiran teknologi informasi seperti handphone, Internet atau fasilitas jejaring sosial?

Dosen Psikologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Kholilurrohman, mengatakan silaturahim dalam Islam sangat penting. Kata rahim pada kata silaturahim bermakna kasih sayang.

Advertisement

Silaturahim berarti menyambung kasih sayang dengan keluarga terdekat terlebih dahulu, antara orangtua dan anak (menyambung rahim).

Pernyataan senada disampaikan dosen Tafsir FUD IAIN Surakarta, Ahmad Hudaya. Ahmad mengatakan silaturahim berarti menyambung kasih sayang. Selain berarti kasih sayang, rahim berarti tempat janin. Rahim itu merupakan tempat yang paling aman, nyaman dan menyenangkan bagi janin.

“Silaturahim harus tetap dijaga. Yang terputus memang harus disambung,” kata Ahmad saat ditemui Silipis.com, di kantornya, Rabu (11/7).

Kholilurrohan mengatakan leluhur orang Jawa mendesain acara nyadran. Orang dikumpulkan di masjid dan pendapa menjelang Ramadan. Upaya itu dilakukan dalam rangka pembersihan diri. Di dalam nyadran ada doa, pengajian dan silaturahim. Selain nyadran yang dilakukan sebelum Ramadan, acara lain dalam rangka silaturahim yaitu syawalan.

Advertisement

Acara-acara yang didesain itu diilhami hadis Nabi Muhammad SAW. Dari Jubair bin Mut’im RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,”Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan.” Sufyan berkata,”Yaitu yang memutus hubungan tali silaturahim” (HR Bukhari dan Muslim).

Pengasuh Pondok pesantren Mambaul Hisan Klaten ini menjelaskan dalam khasanah Islam silaturahim berdampak memperpanjang umur dan memperluas rezeki.

Menurut Ahmad Hudaya, perlu dibedakan antara tradisi Jawa dan mekanisme yang dipakai ulama dalam menyampaikan Islam. Menurutny, sadranan, ujung saat Idul Fitri dan syawalan adalah mekanisme yang diracik untuk menyampaikan ajaran Islam yang berujung memelihara silaturahim.

Menurut Ahmad, tradisi di masyarakat Jawa yang bermuatan silaturahim itu mengandung kecerdasan dan kearifan lokal yang luar biasa.

Advertisement

Sekretaris Forum Kabupaten Sehat (FKS) Karanganyar itu berpendapat beberapa aktivitas umat Islam sebenarnya mengandung makna silaturahim. Salat jemaah juga bermuatan silaturahim.

“Meminta maaf dan silaturahim itu bisa dilakukan sepanjang waktu. Tapi, mengapa momentum Ramadan yang dipakai? Bukankah bisa dilakukan pada bulan-bulan lain?” kata dia.

Di dalam nyadran, ada ritual mendoakan, aspek berbakti dan birul walidain. Itu yang menjadi tujuan utama dan aspek silaturahim juga tercapai.

Kholilurrohman menyatakan dengan silaturahim orang-orang saling berjejaring. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Perlu barter ide dan membentuk jaringan serta saling mendukung.

Advertisement

Bahasa lain dari silaturahim bisa dalam bentuk kegiatan soft opening dan grand opening suatu instansi, institusi atau persuahaan. Melalui kedua acara itu, penyelenggara dapat membentuk jejaring.

Silaturahim secara fisik mulai tereduksi dengan teknologi informasi. Dulu orang ber-silaturahim harus bertemu langsung, kemudian berkembang dengan menggunakan surat dan sekarang makin mudah dengan fasilitas Internet yang menyediakan Facebook, Twitter, mailing list dan sebagainya.

“Bagus-bagus saja untuk efektivitas dan efisien kalau tidak bisa face to face. Tapi, lebih baik memang ketemu. Untuk menghindari salah paham. Yang ketemu langsung saja bisa terjadi salah paham, apalagi yang hanya lewat kata-kata,” paparnya.

Ahmad berpandangan sebisa mungkin silaturahim dengan pertemuan secara fisik. Ada banyak hal yang tidak bisa dicapai dengan SMS, telepon atau chatting.

“Bentuk-bentuk baru sesuai perkembangan zaman memang tidak masalah apalagi dengan kesibukan setiap orang yang berbeda-beda. Tapi, ketemu langsung itu rasanya lebih afdal,” kata Ahmad.

Kholilurrohman berharap forum silaturahim bisa menjadi sarana pemberdayaan ekonomi, kualitas kehidupan sosial dan sebagainya. Ajang silaturahim jangan dijadikan saling pamer kekayaan atau yang diundang hanya orang-orang kaya. Hakikat silaturahim adalah membangun kehidupan yang lebih baik.

Advertisement

Silaturahim dengan berkumpul harus dengan agenda yang bermanfaat. Silaturahim jangan sekadar berkumpul tapi hati tercerai-berai.

“Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu-padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti” (QS Al Hasyr: 14).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif