Lifestyle
Selasa, 29 Mei 2012 - 09:05 WIB

Solidaritas Di Perantauan

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - BERTEMU--Anggota Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Surakarta saat melakukan pertemuan di kampus UMS, beberapa waktu lalu. (FOTO/Istimewa)

BERTEMU-Anggota Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Surakarta saat melakukan pertemuan di kampus UMS, beberapa waktu lalu. (FOTO/Istimewa)

Setiap Juni hingga Agustus, kampus-kampus selalu sibuk dengan agenda tahunan mereka, menyambut mahasiswa baru. Bukan hanya pengelola kampus, tapi juga para mahasiswanya. Sebagian sibuk menjadi panitia, sebagian lagi mencari anggota dan ada pula yang menawarkan kos, penginapan dan sebagainya.

Advertisement

Tak kalah dengan organisasi mahasiswa lainnya, komunitas-komunitas mahasiswa daerah juga melakukan hal yang sama. Setiap tahun saat musim penerimaan mahasiswa baru, mereka bergerilya mencari para mahasiswa baru yang berasal dari daerah yang sama. Semuanya dilakukan demi solidaritas sesama mahasiswa satu kampung halaman.

“Kami bikin stan di kampus, lalu kami pasang banyak pamflet. Saya sendiri juga bilang pada takmir masjid kampus, kalau anak Brebes yang menginap di sini, tolong hubungi saya,” kata Ketua KPMDB Wilayah Solo, Wiria Sutrisna.

Advertisement

“Kami bikin stan di kampus, lalu kami pasang banyak pamflet. Saya sendiri juga bilang pada takmir masjid kampus, kalau anak Brebes yang menginap di sini, tolong hubungi saya,” kata Ketua KPMDB Wilayah Solo, Wiria Sutrisna.

Sebagai bentuk solidaritas, Wiria dan rekan-rekannya memang terbuka dengan para mahasiswa Brebes yang belum punya tempat tinggal di Solo. Mereka mempersilakan mahasiswa baru asal Brebes yang ingin menginap di kos mereka. Bahkan terkadang niat baik itu dimanfaatkan orang lain yang juga butuh tempat menginap.

“Ceritanya dulu ada anak yang menginap di sini mengaku anak Brebes. Waktu saya pinjam KTP-nya untuk pendataan mahasiswa Brebes, ternyata dia bukan anak Brebes. Ya mau bagaimana lagi, enggak apa-apalah.”

Advertisement

Wiria mencatat sejumlah nama dosen di Fakultas Ekonomi, Agama Islam dan Geografi UMS berasal dari Brebes. “Mereka sering jadi pembicara diskusi kami, memberi motivasi dan jadi donatur.”

Solidaritas itu juga yang dibangun oleh para mahasiswa asal Lampung di Solo yang jumlahnya mencapai 400-an orang. Meskipun yang aktif di Ikamala Solo hanya 100-an orang, solidaritas itu tidak luntur. Saat ada yang sakit keras, maka anggota yang lain pun sama-sama menunggui. “Bahkan saat malam Mingguan, anak-anak lebih memilih di sini dari pada pacarnya,” canda Ketua Ikamala Solo, Wahyu Noviansyah.

Kedekatan ini dibangun dengan cara yang sederhana. Setiap kali mereka berkumpul bersama, para anggota diminta untuk memperkenalkan diri meskipun sudah pernah saling kenal. Hal inilah yang membuat anggota-anggota baru langsung bisa dikenal.

Advertisement

Solidaritas ini pun berhasil dibangun meskipun ada banyak keragaman di antara mahasiswa Lampung sendiri. Mereka terdiri dari berbagai etnis seperti Lampung, Jawa dan lain-lain. “Tapi selama asalnya sama-sama dari Lampung, kami tetap menyebutnya sebagai anak Lampung.”

Begitu juga dengan para mahasiswa Bangka yang tergabung di ISBA Solo. Posisi mereka yang benar-benar jauh dari kampung dan orang tua, mereka merasa wajib untuk membangun solidaritas. “Di perantauan itu kami sering merasa sendiri, butuh teman dan senang kalau ketemu teman satu daerah,” kata Ketua ISBA Solo, Dodi Kurniawan.

ISBA punya cara unik untuk melakukan pengakraban. Selain forum formal seperti malam pengakraban atau pengajian, mereka juga memanfaatkan momen libur lebaran sebagai sarana pendekatan. Menjelang Idul Fitri, mereka sengaja mudik bersama-sama. Tidak seperti mahasiswa lain yang naik pesawat, mereka lebih memilih jalur darat yang butuh waktu berhari-hari. “Kami pakai biaya sendiri-sendiri, tapi yang penting kita pulang bersama.”

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif