SOLOPOS.COM - Penulis, Kaled Hasby Ashshidiqy, berpose di jalur menuju Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. (Solopos.com/Syifaul Arifin)

Solopos.com, Banyuwangi — Banyuwangi memiliki pesona wisata yang ternyata luar biasa. Di kabupaten paling timur di Pulau Jawa ini terdapat sejumlah destinasi wisata yang terkenal hingga ke luar negeri. Destinasi wisata itu adalah Gunung Ijen yang masyhur dengan kawah asam dan penambang belerangnya.

Tak jauh dari situ ada Taman Nasional Baluran yang disebut-sebut Afrika di Pulau Jawa. Namun destinasi wisata ini masuk wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Pada Minggu (25/9/2022), untuk kali pertama saya menyambangi Banyuwangi, daerah yang masuk dalam kawasan Tapal Kuda bersama Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Bondowoso. Sebelumnya, sekadar melintas saat hendak menuju Bali lewat jalur darat dari Kota Solo.

Niat awal mengunjungi Banyuwangi adalah untuk mengisi workshop tentang isu keberagaman dan lingkungan yang digelar Muhammadiyah. Namun, rasanya sayang jika sudah jauh-jauh sampai Banyuwangi tidak mengeksplorasi keindahan alamnya yang terkenal.

Perjalanan darat dari Solo menuju Banyuwangi memang cukup melelahkan. Waktu tempuh menggunakan kereta kurang lebih 11 jam. Tapi, semua itu terbayar lunas dengan keindahan yang bisa kita nikmati di Banyuwangi yang punya destinasi wisata alam terbilang komplet, mulai dari gunung hingga pantai.

Baca Juga: Revitalisasi Taman Balekambang Solo Diharapkan Kembalikan Muruah Mangkunegaran

Oiya, selain Kawah Ijen, destinasi wisata terkenal lain di Banyuwangi adalah Alas Purwo yang sangat kental dengan mitos dan cerita mistis. Oleh salah satu panitia workshop, saya disarankan untuk tidak menyambangi Alas Purwo kalau tidak penasaran banget. Kalau pun pengin, saya diminta untuk mengunjunginya hingga siang saja. Jangan sore-sore apalagi malam. Katanya cukup berisiko.

Pasalnya, ada temannya yang dari Jakarta belum lama ini kesurupan saat mengunjungi taman nasional yang konon jadi pusat kerajaan makhluk halus di Jawa. Saya orangnya kalau ditakut-takutin malah penasaran. Tapi karena waktu yang terbatas, saya urungkan niat pergi ke Alas Purwo dan lebih memilih ke Kawah Ijen.

Bersama seorang teman sekantor, kami memutuskan untuk pergi ke Gunung Ijen tengah malam. Kami berangkat sekitar pukul 00.00 WIB dari homestay di pusat kota Banyuwangi, tak jauh dari kantor Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, istri dari Azwar Anas, Menpan RB.

Jarak dari pusat kota Banyuwangi hingga ke basecamp Gunung Ijen memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan dalam kondisi sepi atau sekitar 45 km. Kami menyewa mobil untuk 12 jam seharga Rp500.000 bersih, sudah termasuk bensin dan sopir.

kawah Ijen banyuwangi
Keindahan alam di puncak Gunung Ijen, Banyuwangi, Kamis (29/9/2022). (Solopos.com/Syifaul Arifin)

Waktu keberangkatan sangat menentukan apa yang akan kita dapat (lihat) di Kawah Ijen. Idealnya, kita mulai mendaki Gunung Ijen di awal jam buka, yakni pukul 02.00 WIB. Dengan estimasi perjalanan mendaki sekitar 2 jam dengan jarak sekitar 3,5 km-4 km, maka kita masih bisa mendapati blue fire alias si api biru yang tersohor itu. Tolong bedakan dengan Blue Gas yang untuk kompor gas itu ya.

Blue fire konon hanya muncul dan bisa dilihat dini hari. Begitu sudah pukul 05.00 WIB ke atas ya wassalam, sudah hilang tak terlihat. Percayalah, ini sudah saya buktikan.

Baca Juga: Catat Nih! Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Murah di Dekat Stasiun Wonogiri

Blue fire ini memang menjadi salah satu daya tarik utama Kawah Ijen, selain kawahnya itu sendiri dan pemandangan alamnya yang ngedab-ngedabi, bahasa gaul yang berarti menggetarkan hati. Dari hasil penelusuran di dunia maya, fenomena blue fire ini hanya ada dua di dunia. Satu lainnya ada di Islandia.

Butuh Pengorbanan

Untuk bisa melihat semua keindahan Kawah Ijen memang membutuhkan pengorbanan. Pertama, harus bangun tengah malam untuk melakukan perjalanan dari kota ke Gunung Ijen. Setelah itu masih mendaki gunung setinggi 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, apalagi jalurnya begitu menanjak dengan kemiringan rata-rata lebih dari 20 derajat.

Jalurnya sangat licin dan berdebu. Kalau tidak hati-hati mudah terpeleset. Disarankan menggunakan sepatu dengan alas/sol yang menggigit seperti sepatu gunung. Kalau bisa hindari mengunakan sneaker karena licin, saya sudah membuktikannya.

Ada banyak pos pemberhentian di sepanjang jalur pendakian, lengkap dengan penjual minuman dan Pop Mie. Tersedia juga WC yang harus dimaklumi kondisinya. Jarak antarpos hanya beberapa ratus meter atau sekitar 15 menit berjalan normal.

Untuk bisa mendaki Kawah Ijen, kita harus mendaftar dulu secara online di situs https://tiket.bbksdajatim.org. Setelah itu kita akan mendapat kode batang atau barcode untuk dipindai di loket masuk. Biaya tiketnya hanya Rp10.000/orang.

Baca Juga: Long Weekend, Ini Rekomendasi Tempat Wisata Keluarga di Semarang

Kami tiba di basecamp sekitar pukul 01.00 WIB. Masih menunggu satu jam sampai loketnya buka. Basecamp sendiri berada di ketinggian 1.900-an mdpl, jadi bisa dibayangkan betapa dinginnya udara di sana, dini hari pula.

Tak lama kemudian para turis asing berdatangan. Kebanyakan mereka datang berpasangan, pria dan wanita, usianya saya prediksi di bawah 30 tahun. Tapi ada juga yang di atas itu. Saya melihat turis asing yang datang justru lebih banyak ketimbang turis lokal. Ada puluhan. Mungkin karena hari itu Kamis (29/10/2022), hari kerja.

Bagi yang tak biasa naik gunung apalagi jarang olahraga, mendaki Kawah Ijen memang PR banget. Tapi jangan khawatir, Anda bisa sampai ke puncaknya dengan menaiki taksi.

Eitss..bukan taksi mobil ya. Taksi di Kawah Ijen berupa gerobak roda dua yang didorong dan ditarik dua sampai tiga orang. Gerobak ini juga bisa digunakan untuk mengangkut belerang.

Cuma Anda harus siap-siap merogoh kocek sekitar Rp800.000 untuk membayar taksi tersebut naik turun. Sepadanlah dengan medannya yang curam dan apa yang akan Anda dapat di puncak.

Baca Juga: Ini Daftar Wisata Baru di Karanganyar, Bisa Jadi Rujukan untuk Akhir Pekan

Senter adalah salah satu perlengkapan penting yang harus di bawa jika kita mendaki malam. Dan, masker khusus sangat penting dipakai jika kita dari puncak mau turun ke kawah untuk melihat blue fire.

Tanpa masker khusus, bukan masker yang biasa kita pakai untuk Covid-19 ya, kita bisa mabok menghirup asap belerang yang begitu pekat. Selain itu, masker juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan kita menghirup gas beracun yang keluar dari dalam bumi. Jadi, jangan turun ke kawah tanpa masker khusus.

kawah Ijen banyuwangi
Setiap wisatawan yang hendak mendekati blue fire dan Kawah Ijen harus mengenakan masker khusus. (Solopos.com/Syifaul Arifin)

Jika Anda tak membawanya dari rumah, di warung-warung di basecamp banyak yang menyewakan masker dan senter. Mereka juga menyewakan jaket serta tongkat alias trekking pole. Biaya sewa masker untuk wisata lokal Rp25.000. Sedangkan untuk turis asing Rp50.000. Untuk sewa jaket juga kurang lebihnya tak jauh berbeda biayanya.

Agar tak kesasar, meski treknya sudah jelas banget, Anda bisa menyewa pemandu dengan tarif sekitar Rp500.000.

Trek Terjal

Setelah berhenti beberapa kali dengan napas terengah-engah, kami akhirnya berhasil sampai puncak dalam keadaan masih gelap. Kami melanjutkan perjalanan turun ke kawah, seperti banyak wisawatan lain. Namun medannya berbeda. Saat naik ke puncak, treknya berupa tanah berdebu tak berbatu. Sementara trek dari puncak menuju kawah dan blue fire sangat terjal dan berbatu. Makanya senter sangat penting agar tak salah pijak.

kawah Ijen banyuwangi
Seorang penambang lokal mencoba memanen belerang di Kawah Ijen yang di tengah asap tebal. (Solopos.com/Kaled Hasby Ashshidiqy)

Menurut warga lokal, jarak dari puncak Ijen sampai lokasi kawah sekitar 800 meter. Mendekati lokasi blue fire yang menyatu dengan lokasi penambangan belerang, asap pekat menyelimuti. Arah angin sangat menentukan kita bakal berurai air mata atau tidak. Semakin mendekat semakin berasap dan semakin sesak dengan wisatawan.

Mereka saling antre untuk mengabadikan blue fire menggunakan kamera ponsel. Tapi saat angin tak bersahabat, yang tertangkap kamera hanya asap putih. Jadi harus sabar memang untuk mendapatkan momen yang pas. Sementara kawah Ijen belum terlihat karena masih gelap dan tertutup asap.

Baca Juga: Membanggakan! Girpasang Klaten Puncaki Voting Anugerah Pesona Indonesia 2022



Begitu waktu memasuki pukul 05.00 WIB, cahaya matahari sudah muncul, baru terlihat betapa indahnya Kawah Ijen. Seorang wisawatan lokal berkata, “wah ada danau.”

Kemudian oleh salah seorang pemandu dibalas, “bukan danau bu, tapi lautan.”

Saya pikir, lebay ah. Tapi begitu sinar matahari mulai menerangi, saya dibuat terkesima dengan luasnya Kawah Ijen yang mencapai 5.466 hektare. Luas banget bestie! Awalnya, saya pikir hanya seluas kawah di Dieng, Wonosobo, yang tak seberapa itu.

Saya coba menyentuh air kawahnya yang terasa tak terlalu panas, cenderung hangat. Belakangan saya baca salah satu artikel yang menyebut tingkat keasaman air Kawah Ijen hampir menyerupai air aki. Waduh, tahu begitu saya tak berani menyentuhnya. Tapi untungnya tangan saya tak kenapa-napa.

Semakin siang, pemandangan yang disuguhkan sangat luar biasa. Saya hanya bisa terkagum-kagum sambil berdzikir memuji kekuasan Allah. Otomatis saya meraih ponsel dan cekrak-cekrek memotret semua sudut yang semuanya indah.

kawah Ijen banyuwangi
Penulis, Kaled Hasby Ashshidiqy, berpose di puncak Gunung Ijen dengan latar belakang Kawah Ijen yang memukau. (Solopos.com/Syifaul Arifin)

Setelah dirasa cukup, meskipun hati ingin berlama-lama, kami turun menuju basecamp sekitar pukul 06.30 WIB. Perjalanan turun hanya butuh waktu sekitar setengah jam. Tapi dengkul terasa senut-senut karena menahan hentakan berat tubuh tiap kali melangkah turun. Setelah itu kembali menuju hotel untuk bersiap menata barang karena ada kereta yang harus dikejar.

Perjalanan singkat ini menorehkan kesan yang mendalam. Betapa kayanya Indonesia. Itu baru di Jawa, bagaimana dengan keindahan alam di pulau-pulai lain seperti di Kalimantan, Sulawesi dan Papua? Bakal gila sih indahnya.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya