Lifestyle
Minggu, 7 Desember 2014 - 23:40 WIB

TIPS ASUH ANAK : Cerdaslah Bersikap kala Anak Minta Mainan!

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saat membelikan mainan untuk anak sebaiknya ajak pula si buah hati. Ketika si buah hati memilih mainan yang tidak sesuai usia atau membahayakan, sebaiknya beri pengertian. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Kehadiran anak lazimnya menjadi dambaan suami-istri. Karena itu, tak jarang para orang tua memenuhi apa pun permintaan buah hati mereka. Namun, tak semestinya bersikap sembrono memenuhi keinginan anak atas mainan.

Sering kali demi memehuhi rengekan buah hatinya yang meminta dibelikan mainan, alokasi dana yang semula sudah dirancang untuk kepentingan yang lebih prioritas dialihkan untuk membeli mainan yang diminta anak. Padahal, bisa jadi mainan yang diminta anak tersebut berkualitas buruk sehingga mudah rusak.

Advertisement

Jika kerusakan itu terjadi, orang tua pun terpaksa merogoh kocek sekali lagi untuk membelikan mainan serupa atau mainan lainnya sebagai pengganti. Hanya jika keuangan keluarga sedang tidak mendukung, para orang tua memutuskan tak menuruti permintaan anak.

Persoalan ini pernah dialami Nahar beberapa waktu lalu. Ketika itu mainan kereta api milik anaknya yang paling disukai rusak. Padahal, ujar dia, mainan kesukaan anaknya itu belum lama dibeli dengan harga kira-kira Rp20.000 per unit. Ketika itu tempat dudukan beterai pada kereta api mainan dari plastik tersebut rusak sehingga tidak bisa dioperasikan. Akibatnya dia harus membeli lagi mainan tersebut.

“Saya tidak selalu menuruti keingin anak, karena sering kali keuangan tidak mendukung. Sebenarnya untuk ukuran anak-anak mainan itu cukup menarik. Warnanya mencolok, mudah dimainkan dan sebagainya sehingga anak saya senang dengan mainan tersebut. Sayangnya, mainan itu kok mudah rusak dan rusaknya justru bukan pada bagian luar yang tampak, tapi di dalam yang tidak kelihatan,” kata Nahar yang mengaku berpenghasilan pas-pasan ini.

Advertisement

Ikutkan SSB
Secara terpisah Udin juga mengaku mempunyai pengalaman menarik. Anaknya yang sekarang berumur 9 tahun dinilai gampang bosan. Akibatnya ketika buah hatinya meminta mainan baru dia harus merogoh kocek lagi. Artinya, Udin yang sehari-hari sebagai guru olahraga itu, harus mengeluarkan dana untuk membeli mainan yang diinginkan anaknya.

Demi menyiasati tuntutan anaknya agar tak selalu merengek meminta mainan baru, dia memilih memasukkan anaknya ke klub sekolah sepak bola (SSB) dan les privat teknik sepak bola. Paling tidak, katanya, hingga kini cara itu manjur untuk mengalihkan tuntutan anaknya yang meminta dibelikan mainan baru. Maklum saja, sang anak kini telah sibuk dengan permainan sepak bola sehingga lupa dengan tuntutan dibelikan mainan baru.

“Menurut saya alternatif yang saya terapkan tidak salah. Karena dengan masuk di klub SSB dan les privat teknik sepak bola saya harapkan bisa menjadi bekal dia di kemudian hari. Siapa tahu nanti dia bisa menjadi sepak bola andal kan bisa untuk hidup?” papar dia.

Advertisement

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif