Lifestyle
Minggu, 7 Desember 2014 - 19:30 WIB

TIPS ASUH ANAK : Pilih Mainan Anak, Keamanan dan Harga Jadi Pertimbangan...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak-anak seringkali bermain sendiri, pastikan mainan itu aman bagi si buah hati. (Astrid Prihatini W.D./JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Masa kanak-kanak identik dengan masa bermain. Namun, memilih mainan untuk sang buah hati yang tak membahayakan dan sehat bukan perkara mudah.

Betapa tidak? Kini berbagai macam mainan terbuat dari berbagai macam bahan dengan mudah dijumpai di pasar. Namun, beberapa dari mainan itu ada yang tak aman diberikan kepada anak-anak. Di antaranya senjata mainan yang dilengkapi dengan peluru plastik bisa membahayakan anak.

Advertisement

Karena itulah, sejumlah orang tua yang ingin membelikan mainan kepada anak-anak mereka juga mengaku banyak yang memperhatikan hal tersebut. Salah satu di antara orang tua yang mempertimbangkan berbagai aspek saat membelikan mainan anaknya adalah Nahar, 26, warga Banaran, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Dia menyatakan sebisa mungkin jika membelikan mainan anaknya memenuhi unsur mendidik, aman dan tentu saja harga yang murah. Namun dia kadang juga mengaku sulit membendung keinginan anaknya yang baru berusia 3 tahun.

Advertisement

Dia menyatakan sebisa mungkin jika membelikan mainan anaknya memenuhi unsur mendidik, aman dan tentu saja harga yang murah. Namun dia kadang juga mengaku sulit membendung keinginan anaknya yang baru berusia 3 tahun.

“Kebetulan simbah anak saya itu juga jual mainan anak, jadi ketika suatu hari anak saya melihat senjata mainan yang dijual simbahnya, dia langsung meminta. Kami pun tidak bisa mencegah karena kalau dilarang dia akan menangis,” ujar Nahar ketika ditemui Koran 0 di Solo, Selasa (2/12).

Menurut dia kendati mainan senjata tersebut tak membahayakan, karena tidak menggunakan peluru, dia dan istrinya kurang menyukai mainan berbentuk senjata tersebut. Namun karena anaknya ngotot meminta mainan yang dijual simbah-nya, dia mengaku tak bisa berbuat banyak.

Advertisement

Sementara itu, Udin, 30, warga Laweyan, Solo mengatakan dia juga mengaku hati-hati dalam memilihkan mainan untuk putranya yang beru berusia 9 tahun. Paling tidak dia dalam memilihkan mainan untuk anaknya memperhatikan faktor keamanan, kesehatan, harga, dan sebagainya.

“Pada prinsipnya kami dalam memilihkan mainan untuk anak tentu harus melihat asas dan manfaat. Selain itu yang tidak kalah pentingnya tentu harus mempertimbangkan tingkat kebutuhan,” ujar dia. Artinya, lanjut Udin, jika tingkat kebutuhan atas mainan yang diminta anaknya tidak mendesak dan harganya mahal maka dia akan menawarkan mainan lainnya sebagai alternatif. Jika setiap keinginan anak dituruti, sambung dia, maka hal itu tidak mendidik selain akan menguras kantong.

Harga Jadi Pertimbangan
Dia mengungkapkan beberapa waktu lalu anaknya meminta Ipad. Namun karena bagi dirinya Ipad belum mendesak dipunyai putranya maka ia menawarkan sepatu sepak bola berikut bolanya. Karena bagi dirinya yang berpenghasilan tak terlalu banyak, harga Ipad dianggap masih tinggi.

Advertisement

“Penghasilan saya ini kalau digolongkan mungkin masuk kalangan menengah ke bawah. Karena itu saya tentu juga harus memikirkan kebutuhan lain selain membelikan mainan untuk anak. Awalnya dia juga tidak puas, tetapi karena dia juga hobi main sepak bola dan saya ikutkan di salah satu klub, akhirnya dia asyik main sepak bola. Sampai saat ini dia tidak meminta Ipad lagi,” ujar dia.

Secara terpisah salah seorang warga Karangasem, Laweyan, Solo, Antok, 55, juga mempunyai cerita lain yang menarik. Dia menyatakan faktor utama yang diperhatikan dalam membelikan mainan untuk anaknya adalah soal harga. Karena sebagai pedagang makanan kecil-kecilan dengan penghasilan pas pasan dia harus mempertimbangkan banyak hal.

“Kemarin anak saya yang kelas II SD ini minta uang Rp5.000 untuk beli mainan stick, seperti yang sering dimainkan di film Upin-Ipin itu. Karena harganya tidak begitu mahal dan tidak membahayakan, saya beri dia uang,” ujar dia.

Advertisement

Karena kondisi ekonomi yang tak memungkinkan untuk membeli berbagai mainan, anaknya hanya dolanan mainan seadanya. Misalnya, kata dia, main sepak bola dengan bola plastik di halaman rumah warga, main petak umpet dan sebagainya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif