Lifestyle
Jumat, 13 Juli 2012 - 14:47 WIB

Tradisi Memelihara Kerukunan Warga

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan orang sedang mengikuti sadranan di Dusun Kwangen, Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Selasa (10/7/2012). Sadranan merupakan salah satu tradisi untuk memelihara silaturahim. (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Ratusan orang sedang mengikuti sadranan di Dusun Kwangen, Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Selasa (10/7/2012). Sadranan merupakan salah satu tradisi untuk memelihara silaturahim. (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Maryam, 70, beberapa kali menebar senyum kepada warga Dusun Kwangen, Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Selasa (10/7/2012) siang.

Advertisement

Tangannya dia ulurkan untuk berjabat tangan tiap ada perempuan yang datang ke Masjid Fathul Iman di dusun itu.

Maryam juga tak segan-segan mengajak ngobrol para perempuan itu. Begitu pula terhadap sejumlah jemaah lelaki. Senyum ditebarnya dan sapa diucapkannya.

Advertisement

Maryam juga tak segan-segan mengajak ngobrol para perempuan itu. Begitu pula terhadap sejumlah jemaah lelaki. Senyum ditebarnya dan sapa diucapkannya.

Selasa siang lalu, Maryam yang rumahnya berdekatan dengan Masjid Fathul Iman sibuk menyambut datangnya warga yang menghadiri sadranan  di dusun itu. Dia juga bolak-balik mengangkut piring dan sendok yang digunakan makan bersama di masjid.

Mereka yang datang ke masjid sebagian membawa makanan. Rata-rata menggunakan baki. Ada yang mengantarkan nasi plus lauk pauknya, buah-buahan, roti dan sebagainya.

Advertisement

Sebelum menikmati berbagai sajian tersebut, jemaah membaca tahlil bersama yang dipimpin Muslim Pujomartoyo. Mereka larut dalam zikir dan doa bersama yang ditujukan kepada arwah keluarga, kerabat maupun umat muslim. Selesai tahlil dan berdoa, dilanjutkan tausiah yang dipimpin Kabag Humas Polresta Sukoharjo, AKP Widodo.

Begitu selesai tausiah, sebagian besar jemaah lantas menyantap bersama-sama makanan itu. Mereka begitu antusias dan larut dalam kebersamaan. Tua, muda dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan, yang kaya dan yang miskin, semua akur di masjid itu. Di antara mereka ada yang mencangking makanan untuk di bawa pulang.

Maryam terlihat bahagia dan puas setelah acara selesai. “Alhamdulillah lancar. Sadranan  di sini sudah lama diadakan tiap Ruwah (Syakban-red). Saya cuma ikut bantu-bantu. Senang bisa kumpul bersama,” kata Maryam saat ditemui Solopos.com, seusai acara.

Advertisement

Pernyataan senada disampaikan salah satu jemaah, Wahyu Suci Handayani, 26. Wahyu mengaku sadranan  membawa manfaat. “Dengan sadranan, kami juga bisa silaturahim,” kata Ibunda Amanda, Faisal dan Elsa itu.

Sesepuh di lingkungan Masjid Fathul Iman, Slamet Wignyo Suharto, menuturkan tradisi sadranan  di kampungnya sudah ada sejak dirinya masih kecil. Slamet melihat dengan sadranan, masyarakat bisa berkumpul bersama dalam satu waktu.

“Mereka tidak hanya datang mendoakan arwah. Masyarakat menjalin silaturahim dan itu menambah kerukunan. Mereka datang membawa makanan ala kadarnya dan di makan bersama-sama,” kata Slamet.

Advertisement

Salah satu panitia sadranan Masjid Fathul Iman, Rahmat Jawardi, mengemukakan sadranan dilaksanakan di bulan Syakban dalam rangka memperingati Bulan Rasulullah SAW. Yakni bulan yang memperbanyak selawat dan mengingat Rasulullah SAW.

Rahmat menyampaikan kegiatan yang dilakukan dalam sadranan yakni mengirim doa kepada arwah yang merupakan sunah Rasulullah SAW.

”Dulu, ziarah kubur pernah dilarang karena salah metodenya, seperti meminta kepada yang sudah mati, saat jenazah dikubur menangis meraung-raung dan merobek-robek pakaian. Namun, setelah ziarah dilakukan dengan benar kemudian dianjurkan Rasulullah,” papar Rahmat.

Dengan ziarah kubur, kata dia, orang kemudian diharapkan ingat mati. Ia menambahkan sadranan menjadi sarana mengirim doa bagi arwah, zikir dan menjalin silaturahim.

“Orang-orang, kalau diundang pengajian belum tentu datang. Tapi, kalau pakai nama sadranan mereka banyak yang mau datang. Nah, di dalam sadranan itu dimanfaatkan dengan adanya tausiah,” terangnya.

Ditemui terpisah, panitia sadranan di wilayah Madin Tunggulsari, Sedahromo Lor, Kartasura, Sukoharjo, Ali Sutopo, menuturkan sadranan di kompleks Makam Kendal di Sedahromo Lor berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Tiap sadranan, yang hadir hampir 2.000 orang.

Ali menyatakan dalam sadranan acaranya bertahlil dan berdoa. Tahun ini, sadranan di Sedahromo Lor akan diselenggarakan Minggu (15/7).

“Dulu, sadranan diadakan tiap 20 Syakban. Tapi sudah beberapa kali sadranan diselenggarakan tiap Ahad (Minggu-red), yang terdekat dengan 20 Syakban. Pas libur sehingga banyak yang hadir dan silaturahim,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif