SOLOPOS.COM - TEMPAT WISATA-Irene saat berada di Singapura, 2010 lalu. Sebagai backpacker, dia bukan hanya berkeliling ke tempat wisata, tapi juga ke tiap kota sepanjang perjalanan daratnya. (FOTO/Istimewa)

TEMPAT WISATA-Irene saat berada di Singapura, 2010 lalu. Sebagai backpacker, dia bukan hanya berkeliling ke tempat wisata, tapi juga ke tiap kota sepanjang perjalanan daratnya. (FOTO/Istimewa)

Traveling memberikan banyak pelajaran berharga buat Yusuf dan rekan-rekannya. Ada senangnya, banyak juga yang harus diwaspadai. Itulah yang membuat mereka terdorong untuk berbagi dengan para traveler lainnya, khususnya mereka yang belum banyak pengalaman.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dari keinginan tersebut, mereka mendirikan Explore Solo Community, sebuah komunitas yang memfasilitasi kepentingan para traveler atau wisatawan untuk melakukan perjalanan ke berbagai tujuan. Ada 11 tempat tujuan yang mereka fasilitasi mulai Karimunjawa, Taman Nasional Baluran, Bromo, Jogja, Solo, Toba, Pulau Komodo, Lombok dan Belitung.

“Tapi tidak seperti paket wisata biasa, kami mengemasnya dengan konsep backpacker,” kata Yusuf, di Solo, Kamis (3/5) lalu.

Pada Mei 2010, mereka resmi membuka diri untuk melayani perjalanan ke berbagai tujuan. Tempat tujuan pertama yang dibuka adalah Karimunjawa dengan sebuah event perjalanan yang berlangsung 10-13 Juli 2010. Agenda yang diikuti oleh 13 orang dari Jogja dan Solo itu pun sudah menerapkan konsep perjalanan ala backpacker.

Para peserta tidak diantar dan dijemput langsung dari Solo hingga ke Karimunjawa, melainkan dikumpulkan di sebuah starting point, yaitu Pantai Kartini, Jepara. Di tempat tujuan, para peserta didorong untuk menerapkan prinsip go green. Misalnya mereka disarankan untuk menginap di tempat yang tidak memakai AC. “Selain karena AC tidak ramah lingkungan, hotel yang ber-AC di Karimunjawa kapasitasnya sangat terbatas. Kalau mau memaksakan di tempat ber-AC, mau tinggal di mana mereka?”

Hal lain yang membedakan Explore Solo Community dengan biro wisata kebanyakan adalah pemilihan tempat tujuan yang cenderung beda. Misalnya mereka memilih Taman Nasional Baluran, Belitung atau Pacitan yang kurang populer dibandingkan dengan Bali dan Singapura. Di tempat wisata populer seperti Bromo sekalipun, Yusuf dan rekan-rekannya juga menawarkan titik-titik yang tidak biasa seperti air terjun Mandakaripura.

“Ini ada latar belakang sejarahnya. Misalnya Mandakaripura adalah tempat pertapaan terakhir Gajah Mada sebelum hilang selamanya,” ujarnya.

Selain menyediakan fasilitas bagi para traveler, mereka juga punya misi lain dalam membuka tujuan wisata baru. Mereka pun berniat melakukan promosi daerah agar mampu mengangkat taraf hidup masyarakat setempat.

Salah satunya adalah upaya mereka untuk membuka paket wisata di Wakatobi. Perkenalan Yusuf dan kawan-kawan dengan masyarakat setempat berawal saat mereka sedang menjelajah daerah tersebut, beberapa waktu lalu. Saat mereka sedang kesulitan, warga setempat memberikan pertolongan suka rela, bahkan enggan untuk dibayar.

“Dari situ saya berpikir, apa yang bisa saya berikan untuk mereka. Akhirnya saya tahu daerah itu masih jarang disentuh oleh orang luar.”

Hal ini sejalan dengan keinginan warga setempat yang memang ingin daerah mereka dipromosikan. “Tapi kami tidak mendatangkan turis dalam jumlah besar. Takutnya malah mereka tidak siap menerima perubahan.”

Hal serupa juga mereka lakukan bagi Kota Solo. Berawal dari kenyataan tidak adanya situs web berbahasa Inggris yang memperkenalkan Solo secara memadai, mereka kemudian membangun sebuah situs bernama explore-solo.webnode.com. Situs ini mendapat apresiasi sebagai situs web pertama yang memberikan informasi memadai tentang Solo dalam bahasa Inggris. Malah situs ini pernah jadi rujukan dalam dua konferensi internasional, yaitu International Conference on Language and Communications dan International Association of Historian of Asia.

“Sebenarnya awalnya saya melihat situs-situs yang ada versi bahasa Inggrisnya kok sepertinya cuma ditranslate saja,” ujar Hemy Suzana yang lulusan Sastra Inggris UNS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya