Lifestyle
Rabu, 11 November 2015 - 22:10 WIB

TREN MODE TERBARU : Gaya Busana Tak Harus Branded

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Lucedale.co)

Tren mode terbaru kali ini membahas gaya berbusana yang tak harus bermerek.

Solopos.com, SOLO – Menengok situs pribadi milik para fashion blogger Indonesia sepertinya aktivitas mereka dilakukan dengan mudah. Tinggal memilih outfit, bergaya di depan kamera lalu unggah ke blog dan langsung jadi rujukan fashionista. Tapi, tahukah Anda jika dunia fashion blogger itu tak semudah yang terlihat?

Advertisement

Memilih tema blog dan signature style menjadi langkah awal seorang fashion blogger agar dikenal di dunia sosial media. Enggak selesai di situ, mereka juga diharapkan memiliki tulisan yang menginspirasi, selain gaya yang menjadi sorotan. Clara Devi Handriatmaja, salah seorang personal style blogger asal Jakarta, menceritakan pengalamannya selama beberapa tahun terakhir.

Memulai dunia tulis menulis sejak 2008, Clara menamai blog-nya Sunflares Plethora, lantaran kegemarannya memotret sun flares. Tak berapa lama, dara kelahiran Jogja ini memilih nama yang lebih mudah dan resmi untuk mempublikasikan tulisannya.

Advertisement

Memulai dunia tulis menulis sejak 2008, Clara menamai blog-nya Sunflares Plethora, lantaran kegemarannya memotret sun flares. Tak berapa lama, dara kelahiran Jogja ini memilih nama yang lebih mudah dan resmi untuk mempublikasikan tulisannya.

“Saya kemudian menamai blog saya Lucedale di lucedale.co, yang berasal dari nama kota di Missisipi, Amerika Serikat. Nama itu mudah diucapkan dan terdengar enak di telinga sekaligus mengingatkan saya akan fotografi, dunia yang membuat saya memutuskan menjadi blogger,” kata dia, saat menjadi bintang tamu dalam acara Hello Market Solo 6 Trick or Treat di Hartono Mall, Solo Baru, Minggu (3/11/2015).

Karakter Diri
Setelah sekitar empat tahun menjadi fashion blogger, pada 2012, Clara didapuk menjadi salah satu peserta gelaran Fashion Week di luar negeri. Saat itu dunia fashion blogger tak seramai sekarang. Dia berencana membawa outfit apa adanya tanpa pengarah gaya pribadi. “Setelah meminta saran dari teman-teman sesama blogger, saya diminta memesan baju ke desainer. Karena belum berpikir yang macam-macam, saya memakai tekstil khas Indonesia dengan cutting desain sederhana,” ucapnya.

Advertisement

Clara menyampaikan jika pengin memiliki style yang berbeda, seorang fashion blogger sebaiknya memasukkan karakter pribadi ke dalam gaya busananya. Fisik pun, sambungnya, bukanlah menjadi kekuatan atau modal utama saat menjadi fashion blogger.

“Outfit keluaran brand ternama, orang kadang enggak peduli. Lain ceritanya kalau baju kamu karen karena hand made dan ada ciri pattern Indonesia di dalamnya. Plus, jadikan karakter diri sebagai signature fashion kamu,” papar wanita kelahiran 1989 itu.

Setelah menemukan signature style, seorang fashion blogger sebaiknya mampu menginspirasi. “Tipsnya, utamakan kualitas blog. Kualitas dari konten, website, dan foto. Kalau bisa isinya juga menginsprirasi banyak orang. Jangan melulu menampilkan outfit, tapi kadang selingi dengan tulisan yang empowering. Selain itu harus ada konsistensi dalam hal konten,” urai Clara.

Advertisement

Permintaan Klien
Jika beberapa tahun lalu, Clara sempat enggan tampil tak sempurna dalam berbagai kesempatan, kini ia berpikir sebaliknya. Dulu, ia takut mendapat komentar buruk jika kedapatan enggak tampil cantik saat beraktivitas. “Orang menyoroti kalau fashion blogger itu pasti selalu tampil memukau seperti foto di Instagram atau blog. Padahal mereka juga manusia biasa. Ketakutan untuk menjadi bahan pembicaraan itu justru datang dari diri sendiri. Jadi sekarang saya memilih cuek, misalnya enggak dandan penuh saat ke mini market dan sebagainya. Karena hal itu enggak memberi apapun untuk diri sendiri,” kata dia.

Clara mengatakan seorang fashion blogger membuat blog mereka menjadi seperti sebuah majalah. Foto outfit diatur sedemikian rupa dengan aneka persiapan. Persiapan tersebut bukan tanpa alasan. Personal style blogger menyadari jika halaman mereka enggak terbatas dinikmati oleh fans, namun pengamat maupun pekerja fashion profesional. Mereka kemungkinan menjadi klien yang mendatangkan uang.

“Kami menjadi sorotan dan kerap harus tahu perkembangan fashion terbaru. Kadang, konten yang kami unggah menyesuaikan permintaan klien selama masa kerja tertentu. Tugasnya enggak mudah, karena fashion blogger diharap mampu menaikkan penjualan brand klien. Jadi, memang enggak selalu outfit fashion blogger di luar blog dan Instagram itu sempurna seperti foto yang kami tampilkan di sosial media,” tandasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif