SOLOPOS.COM - Lukisan relief kertas daur ulang (Foto: Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

Lukisan relief kertas daur ulang (Foto: Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Agung Agus Kuncara bagaikan raja Midas. Apa yang disentuhnya bisa berubah menjadi barang berharga. Selain mampu membuat karya seni dari fiberglas, laki-laki kelahiran Sragen, 2 April 1966 ini juga mengolah kertas koran daur ulang menjadi karya seni yang menarik. Karya dekorasi milik pria asal RT 024/RW 008, Perumahan Margoasri, Puro, Karangmalang, Sragen disebut pulp painting atau lukis kertas dua dimensi.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Agung yang memiliki galeri di Ngablak, Kroyo, Karangmalang itu memulai usaha lukis kertas sejak 2010. Ide kreatif itu muncul ketika tugas belajar di Jogja. Ia merasa tergerak ketika melihat tumpukan kertas koran tak terpakai. “Kalau dibuang eman-eman. Saya jadi ingat saat masih duduk di SD pernah membuat topeng. Kertas-kertas itu saya coba diolah dan akhirnya jadi relief-relief seperti ini,” ujar bapak dari dua anak ini, Jumat (5/10/2012).

Semula Agung kesulitan mengolah kertas itu menjadi bubur kertas. Ia menemukan dua cara, yakni dengan cara direndam atau diblender. Ia pun memilih kertas direndam selama satu malam dan berubah jadi bubur kertas. Bubur kertas itu dicampur lem dan semen putih lalu diaduk. Hasil adukan itu dibentuk sedemikian rupa menjadi ornamen tertentu. Ia pernah membuat ornamen batu bata yang diekspose dari kertas untuk hiasan interior rumah milik orang Jember.

Sejak 2010 hingga kini, Agung memiliki 100-an karya lukisan kertas. Banyak ide kreatif yang muncul secara spontanitas sarat makna. Seperti ornamen proses pembuahan, yakni bertemunya sperma dengan sel telur dan proses janin di dalam kandungan. Karya-karya itu diilhami dari proses penciptaan manusia. Melalui dua karya itu, Agung ingin menyampaikan pesan bahwa pengorbanan seorang ibu sangat berat selama mengandung janin.

Ia juga pernah membuat lukisan huruf Jawa lengkap dengan ukuran 1,25 m x 1 m. Lukisan itu ternyata laku Rp1,5 juta. Lagi-lagi orang Prancis yang membeli lukisan terbesar buatan Agung. Huruf Jawa itu juga menjadi ide bagi Agung untuk membuat lukisan secara terpisah. Seperti huruf Jawa tha dibuat dengan mengambil hewan tokek sebagai dekorasinya. “Setiap huruf dalam tulisan Jawa itu memiliki makna filosofis. Saya sengaja menggunakan bentuk hewan tokek karena kata depan nama tokek itu dalam istilah Jawa menggunakan huruf tha,” jelasnya.

Selama ini, Agung belum sepenuhnya mengomersialkan lukisan kertasnya. Beberapa pameran di Jogja yang ia ikuti hanya sebagai sarana promosi agar karyanya diketahui publik. Dia mempromosikan karya ke Jawa Barat, Bali dan Sumatra.

Agung tak pernah membuat karya dengan tema yang sama dengan karya sebelumnya. Ia ingin memberikan eksklusivitas bagi penggemar karyanya. Hasil karyanya paling kecil berukuran 40 cm x 50 cm seharga Rp400.000-Rp700.00/buah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya