SOLOPOS.COM - Warga menabur bunga saat berziarah di Tempat Permakaman Umum (TPU) Bonoloyo, Banjarsari, Solo, Minggu (20/3/2021), sebagai tradisi sadranan sebelum memasuki Ramadan. (Solopos/Nicolous Irawan)
Solopos.com, SOLO — Ziarah kubur sebelum puasa Ramadan sudah menjadi tradisi di Indonesia, lalu bagaimana hukumnya dalam Islam?
Saat bulan Syakban tiba maupun menjelang Ramadan, umat muslim biasanya melakukan ziarah kubur. Biasanya hal ini dikenal dengan istilah nyadran di wilayah Jawa Tengah, kosar di Jawa Timur, munggahan di daerah Jawa Barat.
Bagi sebagian orang, hal ini semacam menjadi kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Lalu, bagaimana hukum sebenarnya ziarah kubur sebelum puasa Ramadan menurut Islam?
Nahdlatul Ulama dalam laman resminya, NU online, menyebut Islam tidak melarang adanya ziarah kubur. Hal ini untuk mengingatkan umat muslim kepada akhirat. Bahkan, berziarah kubur ke makam orang tua di hari Jumat pahalanya seperti ibadah haji.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari jum’at maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Rasulullah SAW juga bersabda “Barang siapa berziarah ke makam bapak atau ibunya, paman atau bibinya, atau berziarah ke salah satu makam keluarganya, maka pahalanya adalah sebesar haji mabrur. Dan barang siapa yang istiqamah berziarah kubur sampai datang ajalnya maka para malaikat akan selalu menziarahi kuburannya.”
Dalam penjelasan tersebut, NU menyimpulkan hukum ziarah kubur sebelum puasa Ramadan dalam Islam tidak bertentangan dalam syariat. Bahkan, NU menyebut hal ini bisa menjadi modal yang bagus untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan.