SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

CAMILAN RINGAN-Setiti, warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk menunjukkan hasil kreasinya yaitu camilan kerupuk berbahan dasar susu sapi perah. Kerupuk buatannya kini merambah ke berbagai daerah. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Solopos.com–Susu sapi merupakan salah satu potensi yang dimiliki Kabupaten Boyolali. Di tangan para warganya dengan bahan dasar dari susu sapi perah ini bisa diolah menjadi berbagai makanan dan minuman yang lezat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Salah satunya kerupuk susu yang dibuat oleh seorang warga asal Desa Sruni, Kecamatan Musuk. Adalah Setiti, warga setempat yang mengubah susu menjadi camilan yang enak dimakan.

“Saya mulai membuat kerupuk susu ini pada tahun 2008. Saat itu, kondisi tengah kepepet karena saya baru saja kena PHK,” ujarnya saat ditemui Espos, akhir pekan kemarin.

Saat berada dalam situasi sulit itulah, perempuan yang akrab dipanggil Titik ini menemukan resep membuat kerupuk berbahan dasar susu.

Bahkan, Titik tak segan-segan untuk berbagi resep membuat kerupuk miliknya. Cara membuat camilan ini cukup mudah. Ia menggunakan bahan-bahan lain seperti tepung tapioka dan terigu. Bahan pendamping itu lantas dicampur dengan bumbu-bumbu antara lain bawang, tumbar, terasi serta garam.

Keduanya dicampur dan dimasak bersamaan. Saat semua sudah selesai kemudian dicetak dan didinginkan. Baru selepas itu dipotong-potong sesuai ukuran.

“Kerupuk susu ini dijual dengan harga cukup terjangkau yaitu Rp 25.000 per kilogram nya. Usaha pembuatan kerupuk ini saya kembangkan sendiri,” imbuh perempuan berjilbab ini.

Ia pun menggunakan berbagai cara untuk mempromosikan produk buatannya. Antara lain, ia mengikuti beragam pameran produk makanan. Selain itu, ia juga menawarkan ke tetangga-tetangga terdekatnya. Dari situlah, kerupuk buatannya mulai didistribusikan ke daerah seperti Jogjakarta dan Soloraya.

Menurutnya, kendala utama adalah di bidang pemasaran. Ia juga belum mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan (Dinkes) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). Alhasil, ia belum dapat mengedarkan produknya lebih leluasa.

Meskipun demikian, Titik mengaku kehidupannya setelah berwirasusaha jauh lebih baik. Jika dulu saat menjadi buruh, ia banyak terikat. Namun, kini ia bisa mengatur sendiri baik jadwal serta keuangannya.

“Permintaan akan kerupuk ini cenderung meningkat. Semoga izin bisa didapatkan sehingga produk kami ini bisa beredar luas,” pungkasnya.

(Farida Trisnaningtyas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya