SOLOPOS.COM - ilustrasi (google img)

ilustrasi (google img)

Bagi sebagian orang, tampil menarik dan modis kini menjadi tuntutan. Segala cara pun dilakukan untuk mendongkrak penampilan salah satunya dengan mengubah gaya rambut, menyemir, mewarnai rambut hingga melakukan rebonding maupun smoothing.

Promosi Terus Naik, Portofolio Pembiayaan Berkelanjutan BRI Capai Rp787,9 Triliun 2024

Kendati perlakuan ekstra terhadap rambut tersebut dapat menunjang penampilan, hal itu justru bisa menjadi pemicu munculnya masalah salah satunya alergi.

Ketua Bidang Pendidikan dan Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Solo, Muh Eko Irawanto, mengatakan alergi semir merupakan masalah yang kerap dialami orang terutama laki-laki dewasa. Gejala alergi di antaranya gatal-gatal atau muncul bintik-bintik antara kulit kepala dan jidat. Alergi disebabkan karena bahan-bahan semir diduga mengandung bahan alergen yang lebih banyak. Sementara pada perempuan yang lebih banyak melakukan berbagai perlakukan terhadap rambut seperti dimasker dan dicatok, kasus alergi tidak banyak ditemui karena bahan alergen diperkirakan tidak sekuat pada semir.

“Semir atau cat rambut sifatnya menutupi rambut asli. Kalau rambut terbebani cat seperti itu bisa merusak. Belum lagi bahan-bahan cat atau semir yang mengandung alergen bisa menyebabkan alergi, kadang masalah itu tidak disadari orang. Tapi kalau memakai semir dan sejenisnya tidak ada reaksi ya tidak apa-apa,” terangnya ketika ditemui Espos di Medical Center UNS, Selasa (28/8/2012).

Dokter spesialis kulit dan kelamin ini menambahkan alergi semir bisa sembuh dengan sendirinya jika pemakaian semir maupun cat rambut dihentikan. Selain alergi, masalah lain yang muncul akibat sering melakukan perlakukan pada rambut seperti rebonding maupun smooting di antaranya kulit kepala lebih kering dan kelembaban berkurang, rambut patah dan ujung rambut bercabang. Kendati begitu, lanjutnya, bukan berarti memberi perlakukan terhadap rambut dilarang asalkan diimbangi dengan vitamin rambut.

“Zat atau bahan yang dipakai untuk me-rebonding bisa mengiritasi kulit dan merusak rambut. Kelainan pada rambut juga muncul karena kulit kepala mengalami infeksi kuman, virus dan jamur yang menyebabkan pitak. Dibanding infeksi kuman, infeksi karena jamur sembuhnya lebih lama karena tumbuhnya jamur dan responsnya lambat,” ujarnya.

Eko menjelaskan jamur bisa menyerang kulit kepala pada bagian mana pun. Selain dipicu kelembaban, jamur pada kulit kepala muncul karena menggunakan penutup kepala atau mukena milik orang lain yang jamuran.

“Pada anak-anak lebih mudah terkena jamur di kulit kepala karena daya tahan tubuh tidak bagus.

Lebih lanjut Eko mengatakan kelainan pada kulit kepala dan rambut juga bisa terjadi karena faktor dari dalam seperti gangguan autoimun yang awalnya kulit rambut tidak bermasalah menjadi sensitif karena dipicu faktor genetik. Masalah pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan faktor genetik misalnya kebotakan dan ubanan atau rambut memutih terlalu dini.

“Kalau botak karena genetik penanganan dilakukan dengan tanam rambut. Kebotakan pada laki-laki muncul di kepala bagian depan, pada perempuan biasa terjadi di area tengah kepala, kebotakan terjadi karena hormon dihydrotestosteron (DHT),” jelasnya.

Mengatasi kebotakan seperti itu, sambungnya, bisa juga dilakukan dengan memberikan obat antihormon pada area yang mengalami kebotakan. Hanya saja, obat tersebut akan memberi efek samping seperti gangguan seks.

“Kasusnya seperti Wayne Rooney dia mengalami kebotakan karena faktor genetik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya