SOLOPOS.COM - Suasana di Pantai Nguyahan, Jumat (9/1/2015). Dengan menggunakan dana dari program pengentasan kemiskinan, Kecamatan Saptosari bersolek untuk mempercantik kawasan wisata di sana. (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Wisata Gunungkidul kali ini mengenai Pantai Nguyahan. Terletak di Saptosari, pantai ini menawarkan ‘ladang’ petak umpet di sela-sela batuan karst.

Harianjogja.com, JOGJA-Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul memiliki 15 pantai yang berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan. Namun, tahun ini baru ada lima pantai yang dipromosikan. Salah satunya, Pantai Nguyahan di Desa Kanigoro. Pantai ini sudah mulai dirintis sebagai lokasi piknik sejak 2001 lalu dan baru sekitar 2010 mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Promosi BRI dan Microsoft Eksplorasi AI demi Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia

Bagi sebagian kalangan, Pantai Nguyahan masih kalah tenar dengan Pantai Baron atau Pulangsawal. Namun, potensi pantai itu tak kalah dengan pantai lain di Gunungkidul. Di Pantai Nguyahan, selain dapat melihat ciri khas keindahan pemandangan pantai, pengujung juga bisa bermain petak umpet dari sela-sela batuan karst yang ada di sana.

Namun, sensasi ini hanya bisa dilakukan saat air sedang surut. Sebab, saat pasang kawasan tersebut akan tertutup dengan air laut. Andaikan ingin tantangan yang lebih, pengujung bisa melakukan tracking di area perbukitan karts menuju Pantai Ngedan.

“Kira-kira pengujung harus melewati area perbukitan dengan berjalan sejauh satu kilometer. Dalam perjalanan itu, wisatawan bisa melihat keindahan laut dari atas bukit,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Pantai Nguyahan, Sukiman, saat ditemui di rumahnya, Jumat (9/1/2015).

Sukiman menjelaskan pembukaan area Nguyahan sudah dimulai sejak 1972 lalu. Saat itu, ayah dan kakek Sukiman mulai memasuki kawasan pantai itu. Namun, tujuan membuka jalan tersebut untuk pergi ke ladang dan belum ada niat dijadikan tempat wisata.

Tahun 2001 kawasan Nguyahan mulai dilirik orang, perkembangannya tidak tertata dengan baik. Sebab, baru egelintir orang yang berkunjung. Terlebih lagi, kondisi pantai juga masih kumuh dan penuh dengan tanaman-tanaman.

“Barulah di 2010 warga masyarakat bekerja bakti untuk membersihkan pantai. Kalau tidak salah, saat itu ada 33 orang yang ikut bersih-bersih,” kenang Sukiman.

Meski kondisinya sudah lebih baik, pantai itu belum juga menarik orang untuk berwisata. Saat dibuka pertama kali, baru ada dua orang pedagang yang mau berjualan di sana.

“Salah satunya adalah istri saya,” paparnya.

Hingga saat ini, pedagang di Pantai Nguyahan berjumlah 49 orang. Jumlah wisatawan juga mengalami lonjakan yang signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya