SOLOPOS.COM - Beberapa pengunjung menikmati keindahan alam Wisata Watu Gembel yang berada di Dusun Girinyono, Desa Sendangsari, Pengasih, pekan lalu. (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Wisata Kulonprogo kali ini menawarkan pemandangan yang unik tetapi asri di Watu Gembel.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Pemandangan asri kawasan hutan di Kecamatan Pengasih ternyata menyimpan potensi wisata alam yang unik. Wisata hutan lindung Watu Gembel yang berada di Dusun Girinyono, Desa Sendangsari mulai siap dibuka sebagai tempat wisata baru di Kulonprogo.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Kawasan hutan lindung ini dikelola oleh sejumlah warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Suka Makmur. Hutan ini dikelilingi pohon pinus dan beberapa jenis tanaman keras lainnya. Namun, keunikan lain dari hutan ini adalah batuan-batuan besar yang berkerumun seperti bulu domba. Menurut Ketua Kelompok Tani Suka Makmur Paridjan, keunikan batuan tersebut yang membuat kawasan itu disebut sebagai Watu Gembel.

“Tekstur batuan di sini tidak halus atau rata. Batu-batuan ini terlihat seperti bulu domba atau wedhus gembel. Karena itu warga sepakat menamai tempat ini dengan sebutan Watu Gembel,” ujar Paridjan saat ditemui Harianjogja.com pekan lalu.

Warga pun menyematkan sejumlah nama pada batuan-batuan tersebut. Di antaranya seperti batu Thiwul, Batu Jonggol, Batu Tempuk dan lain sebagainya. Keindahan hutan pinus yang mengelilingi kawasan Watu Gembel juga menjadi daya tarik unik dari objek wisata alam ini. Di antara batuan-batuan besar itu juga terdapat kedung dan air terjun kecil seperti curug.

“Aliran air di sini mengalir ke semacam kolam yang kami sebut dengan Kedung Lumbung. Saat ini memang baru kami bersihkan untuk ke depannya akan dikembangkan sebagai tempat wisata alam,” ungkap Paridjan.

Kawasan hutan lindung ini memang belum banyak dikenal orang. Namun, kawasan hutan ini berada di lokasi yang strategis yakni berada di jalur masuk ke kawasan wisata lain yang berada di Kokap. Tidak heran apabila keindahan hutan pinus di desa ini juga sudah mampu menarik pengunjung untuk sekedar singgah menikmati segarnya udara di hutan tersebut.

Paridjan menambahkan, pengembangan hutan lindung menjadi Hutan Kemasyarakatan Mandiri (HKM)
sebenarnya telah dimulai pada 2003 silam. Dia mengatakan, kala itu warga hanya diberi izin pengembangan dan pengelolaan selama lima tahun saja.

“Kami berencana mengembangkan HKM ini menjadi kawasan camping ground. Namun, saat ini belum dapat dibuka. Kami masih perlu menambah sejumlah fasilitas agar kawasan itu layak dijadikan camping ground, tidak hanya bagi anak muda, tetapi juga menyasar pengunjung secara umum,” imbuh Paridjan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya