SOLOPOS.COM - Gua Song Tembus di kompleks objek wisata Museum Karst yang berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. (Tika Sekar Arum/ JIBI/Solopos)

Gua Song Tembus di kompleks objek wisata Museum Karst yang berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. (Tika Sekar Arum/ JIBI/Solopos)

Gua Song Tembus di kompleks objek wisata Museum Karst yang berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. (Tika Sekar Arum/ JIBI/Solopos)

Nama Gua Song Tembus di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri memang tak seterkenal Museum Karst yang berada di satu kompleks. Namun, sebagai tujuan wisata alam, keberadaan gua ini melengkapi Musem Karst yang telah dikenal lebih luas.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Berikut wartawan Solopos, Tika Sekar Arum, menceritakan kunjungannya ke Gua Song Tembus.

Tidak butuh waktu lama untuk memasuki kompleks Museum Karst dan Gua Song Tembus. Jika berkendara dari pusat  kota Kecamatan Pracimantoro, pengunjung hanya perlu berkendara 15-20 menit ke arah barat. Sedangkan jika perjalanan dimulai dari pusat kota Kabupaten Wonogiri, perjalanan mungkin membutuhkan waktu lebih dari sejam.

Letak Gua Song Tembus yang berada satu kompleks dengan Museum Karst yang dikelola Pemerintah, memberi keuntungan. Jalan menuju lokasi Gua Song Tembus terawat dengan baik. Kendaraan pun leluasa masuk, bahkan hingga persis di depan mulut gua.  Gua Song Tembus berada di depan Musem Karst, letak persisnya di bukit yang lebih tinggi. Sehingga, dari gua ini, pengunjung bisa melihat pemandangan seputar musem.

Saat saya menyambangi Gua Song Tembus, sekitar sebulan lalu, suasana gua tampak sepi. Ditemani seorang pegawai Kecamatan Pracimantoro saya diajak melihat detail penampilan gua tersebut. Mulut Gua Song Tembus cukup lebar sekitar lima meter. Orang dewasa bisa memasuki gua dengan mudah.  Di mulut gua, pengelola memasang beberapa papan informasi, salah satunya informasi mengenai kelompok yang mulai membuka gua tersebut, yakni Setrajana Fisipol UGM.

Menurut Camat Pracimantoro, Warsito, Gua Song Tembus sebenarnya sudah ditemukan sekitar tahun 1986-1987. Penemuannya berawal ketika ada sekelompok orang yang mencari batu di seputar gua. Kemudian gua terus ditelusuri, sampai akhirnya berujung pada sisi yang lain, yang ternyata tembus ke udara terbuka.  Sejak saat itu, gua mulai ramai dikunjungi. Namun, pengembangan gua tersebut sebagai tujuan wisata secara profesional yang menggenapi kompleks Museum Karst, baru dimulai pada tahun 2011.

“Lokasinya memang hanya beberapa meter dari Museum Karst. Dalamnya besar, bagus. Ya sudah jadi objek wisata, tapi memang belum maksimal karena promosinya memang masih kurang,” ungkap Warsito, saat berbincang dengan Solopos.com, di kantor kecamatan setempat, belum lama ini.

Pengunjung mengamati pemandangan di Gua Song Tembus, di kompleks objek wisata Museum Karst, yang berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, belum lama ini. (Tika Sekar Arum/ JIBI/Solopos)

Pengunjung mengamati pemandangan di Gua Song Tembus, di kompleks objek wisata Museum Karst, yang berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, belum lama ini. (Tika Sekar Arum/ JIBI/Solopos)

Tidak seperti Gua Song Putri atau gua lain di Wonogiri yang masih “hidup” yang ditandai dengan tetes-tetes air di dinding gua. Di Gua Song Tembus, tidak ada tetes-tetes air. Lantai gua kering sejak di mulut gua sampai ujung gua di sisi lain. Pasir tampak menutupi lantai. Hal itu memberi keuntungan, sebab pengunjung bisa menikmati keunikan bentuk batu di dalam gua dengan leluasa.  Panjang Gua Song Tembus mencapai hampir 200 meter. Lebar bagian tengah gua lebih dari lima meter. Sedangkan tingginya bisa sampai tujuh meter.

Di dalam gua, saya bisa melihat berbagai macam bentuk keunikan batu khas kawasan karst. Pemandangan itu dengan mudah saya nikmati karena pengelola menempatkan beberapa lampu agar lingkungan dalam gua tidak gelap gulita. Setelah menyusuri dalam gua sepanjang hampir 200 meter, di ujung gua saya langsung keluar dan mendapati pemandangan pepohonan hijau yang alami. Gua yang langsung tembus ke udara terbuka inilah yang membuat gua tersebut dinamakan Gua Song Tembus.

Keberadaan gua ini menjadi pelengkap kompleks objek wisata Museum Karst. Jadi, kalau ada pengunjung datang dari daerah yang jauh, mereka bisa menikmati wisata komplit di kompleks Museum Karst, yakni wisata edukasi di museum dan wisata alam di gua. Kompleks wisata ini di dukung suasana rindang yang tercipta dari rimbunnya pepohonan. Belakangan ini, pengelola juga sudah menambahkan beberapa gazebo di sekitar gua yang bisa dijadikan tempat melepas lelah para pengunjung setelah menyambangi museum dan gua.

Terlepas dari pengakuan atas potensinya, Warsito menyadari promosi yang kurang membuat gua ini hanya dikunjungi wisatawan lokal. Itu pun kadang hanya remaja yang jalan-jalan sambil sesekali berulah dengan mencorat-coret dinding gua. Untuk itu, Warsito memastikan ke depan pihaknya akan mengupayakan menggenjot promosi Gua Song Tembus, tentu saja dengan menjadikannya satu paket dengan Museum Karst.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya