SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Subagio seperti tak kenal lelah meyakinkan para calon pembeli tentang mi basah produksinya. Berulang kali, mi basah bikinannya itu memang dicibir para pembeli. Maklum, tekstur mi basahnya memang kurang menarik, lembek serta dianggap mudah basi. “Bahkan, kadang dikerubungi lalat-lalat juga,” kata Subagio saat berbincang dengan Espos di kediamannya di Jaten, Karanganyar, pekan lalu.

Namun, itulah risiko penjual mi basah tanpa bahan pengawet. Selama ini, Subagio memang membikin mi basah hanya dari bahan tepung, telur, garam, serta air secukupnya. Setelah itu, ia pasrahkan kepada pembeli yang cerdas. “Jika, para pembeli bisa membedakan antara mi sehat dan yang tidak sehat, pasti mi olahan saya jadi pilihan,” katanya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sayang, tak semua pembeli paham dengan aneka macam mi basah. “Rata-rata pembeli hanya melihat dari luarnya,” jelasnya.

Kondisi inilah yang membuat usaha mi Subagio sulit diterima pembeli. Subagio harus sabar dan tekun mencari satu persatu para pelanggan yang cerdas. “Saya pernah usul kepada atasan saya, agar dikasih pengawet saja. Tapi, bos saya enggak mau,” akunya.

Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Solo yang berkonsentrasi pada permasalahan pangan, Linda Kurniawati, menandaskan bahwa risiko menjual makanan tanpa bahan pengawet cukup dilematis. Selain mudah basi, tampilan mi juga kurang enak dipandang. Hal ini membuat usaha merugi jika tak habis terjual. “Padahal, namanya pedagang kan enggak ingin rugi,” ucapnya

Meski demikian, kata Linda, sebenarnya ada sejumlah kiat khusus untuk membuat makanan bisa tahan awet dan tetap kenyal tanpa bahan pengawet. Salah satunya takaran antara tepung dan telur seimbang dan diaduk cukup lama. Warga kuning bisa diambilkan dari kunir. “Tepung dan telur yang diaduk dengan baik itu bisa membikin mi bagus dan kenyal. Jadi, tak perlu pakai boraks,” paparnya.

Selain bahan di atas, ada pula bahan pengawet lainnya yang diizinkan. Salah satunya agar-agar untuk bahan pengembang makanan. Selain itu, bahan karboksil metil selulosa (CMC) untuk campuran sirup. “Namun, selama ini masih banyak pewarna makanan memakai rhodamin B. Padahal, pewarna itu untuk tekstil dan membahayakan kesehatan,” kata Setyowati, Kabid Upaya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota (DK) Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya