SOLOPOS.COM - Ilustrasi masjid. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Khutbah Jumat edisi 16 Januari 2024 mengangkat tema menghargai perbedaan pilihan politik menjelang Pilpres dan Pemilu 2024. Hal ini bertujuan agar Pemilu bisa berlangsung damai dan penuh dengan kebahagian.

Khutbah Jumat merupakan salah satu rukun yang harus dilakukan umat muslim saat salat Jumat. Selain khutbah, rukun salat Jumat lainnya ada membaca hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat suci Al-Qur’an, berwasiat dan memohon ampunan untuk kaum muslimin.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Mendekati 14 Februari 2024, di mana masyarakat Indonesia akan memilih capres dan cawapres serta caleg pilihannya, situasi politik Indonesia kian hangat yang dipicu perbedaan pilihan.

Meskipun begitu, menghargai perbedaan politik merupakan hal yang penting dan utama. Maka dari itu, kali ini Solopos.com mengangkat tema menghargai perbedaan politik dalam khutbah Jumat edisi 16 Januari 2024 yang dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) Jepara.

Khutbah Jumat Menghargai Perbedaan Politik

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam kesempatan yang mulia ini, mari kita sama sama memetik hikmah khutbah dengan tema: “Hidup Damai dan Rukun Dalam perbedaan pilihan Politik”.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Terlebih dahulu, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt, sederehananya dengan cara menjalankan semua perintah Allah swt, dan menjauhi semua larangaNya.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Bangsa Indonesia, sebentar lagi melaksanakan hajatan akbar, pemilihan umum, legislatif (atau DPR RI hingga DPRD) dan pilihan presiden dan wakil presiden.

Oleh karenanya, sudah semestinya Indonesia sebagai negara muslim mayoritas, harus tetap eksis menjaga akhlaqul karimah,

Oleh karenanya, melalui mimbar mulia di hari yang mulia dan ditempat yang mulia ini: Saya mengetuk nurani para elit politik, untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan dan pribadi.

Karena, konflik di tengah masyarakat, sering bersumber dari kepentingan atau ambisi elite atau tokoh politik tertentu. Sungguh memprihatinkan.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Hari Jumat adalah momentum strategis pijakan untuk bercermin, tentang kedamaian dan kerukunan. Lihatlah, saat salat jumat, tidak ada bedanya, entah pejabat, entah rakyat, entah pimpinan, entah karyawan, semua duduk dengan posisi sama, dengan tujuan sama –sama yaitu beribadah. Tidak ada jarak, tidak ada kebencian, semua duduk tenang, damai dan ramah.

Oleh karenanya! Suasana kedamaian dan ketenangan, serta keakraban saat salat jumat ini, sudah semestinya, diterapkan dalam kehidupan sosial sehari-hari, utamanya setiap jelang event politik, atau pemilu ini.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Mari, kita menjadikan diri kita masing-masing, untuk turut serta, sebagai warga negara yang berperan menciptakan kedamaian, dan kerukunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama jelang pemilu ini.

Karena, kerukunan dan kedamaian suatu bangsa dan negara, adalah berawal dari kesadaran setiap warga negaranya. Mulai dari pribadi, keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Jika suatu negara setiap warga negaranya, punya kesadaran demikian, maka suatu negara di dunia internasional akan dikenal sebagai negara yang damai dan tentram.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Semua capres, cawapres, caleg, adalah orang baik, minimal baik menurut parpolnya masing-masing.

Tidak patut mencaci maki, calon pejabat tertentu. Jika tidak cocok, cukup dengan cara tidak memilihnya. Tidak usah mencaci maki.

Ibarat ada pedagang, kita tidak cocok dengan dagangannya, maka kita cukup tidak membeli dagangannya. Jangan mencaci maki penjual tersebut.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Islam melarang tangan kita untuk menyakiti orang lain !, diantara bentuk tangan menyakiti orang lain di era medosos ini, adalah ketika jari-jari digunakan untuk menyebar berita atau konten yang memojokkan orang lain. Entah berbentuk tulisan, atau video atau foto.

Sekarang-sekarang ini, jelang perhelatan pesta demokrasi, ditopang dengan beragamnya media sosial.

Lihatlah, ribuan bahkan jutaan, setiap menit setiap detik, konten atau ujaran–ujaran kebencian caci maki, hujat menghujat, hinga saling fitnah. Dan para pendukung calon pejabat tertentu. Hingga keluar kata-kata kasar.

Innalillahi rojiun !!!, itu semua adalah sebuah musibah kemaksitan yang merajalela bertaraf nasional, yang efeknya dilihat oleh dunia internasional.

Apakah kita tidak malu dilihat oleh orang-orang di luar Indonesia? Segitu rusaknya akhlak bangsa Indonesia?

Kita harus ingat, dalam Islam, hal itu semua dilarang!

Islam melarang tajassus (yaitu mencari-cari kesalahan atu aib orang lain).

Islam melarang provokasi atau adu domba yang dalam fikih disebut namimah.



Islam melarang membicarakan aib atau membahas kekurangan orang lain, entah di alam nyata maupun dunia maya, dalam fikih disebut ghibah.

Islam melarang memfitnah, sekali lagi, entah di alam nyata maupun dunia maya.

Oleh karenanya, mari kita sama–sama introspeksi diri, menjaga diri kita dan keluarga masing-masing dari perbuatan –perbuatan merugikan jelang event politik ini.

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Kita harus menanamkan prinsip, bahwa pemilu adalah pesta demokrasi, harus disikapi dengan arif, bijaksana dan dewasa. Semua warga negra punya hak yang sama untuk merayakan pesta demokrasi ini, dengan riang gembira.

Kita harus menyadari, Ibarat perlombaan, pastilah ada yang menang ada yang kalah. Yang menang jangan berkacak pinggang, yang kalah jangan murka.

Pemilu, bukan sarana perselisihan, atau permusuhan!. Sudah semestinya, kita memposisikan bahwa pemilu adalah bagian dari momentum, setiap warga negara berpeluang turut serta membangun bangsa dan negara, dengan cara ikut serta berpartisipasi memilih pejabat publik. Untuk di beri amanah oleh warga negara.

Jika setiap warga negara mampu memposisikan diri kita demikian, maka akan bisa menciptakan pemilu, yang damai, rukun, tertib, tidak ada perpecahan, apalagi caci maki,

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,



Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya kalian akan berambisi mengejar kekuasaan, jabatan, padahal ia akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia hanya kesenangan di dunia dan penderitaan di akhirat.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Berkeinginan punya jabatan, adalah hal tidak dilarang oleh agama, apalagi jika ingin menjadi pejabat bertujuan untuk ibadah membangun bangsa dan negara demi kesejahteraan bersama. Hal itu sangat berpahala. Yang dilarang adalah cinta Jabatah atau dalamn Bahasa tasawuf disebut Chubbul Jah.

Imam Al Mawardi dalam kitab ilmu politiknya, yang sangat terkenal, yaitu kitab Al Ahkam Al Sulthaniyah menjabarkan 7 syarat menjadi pemimpin. Disini saya hanya akan menyampaikan syarat nomer 1 yang terpenting harus terpenuhi adalah. Sikap Adil berikut yang menyeluruh.

Hal akan mampu bersikap adil itu, yang harus menjadi introspeksi diri seseorang sebelum berkeinginan menjadi pejabat.

Jadi, ingin menjadi pejabat dalam batas kewajaran, tidaklah dilarang oleh agama, tetapi jika berlebihan cinta jabatan, itulah yang akan membuat celaka di dunia khususnya di akhirat kelak.

Apalagi jika nyata-nyata dirinya tidak akan bisa bersikap adil. Maka sudah semestinya, tidak perlu mencalonkan diri sebagai pejabat.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari, Juz 13,halaman 127, beliau mengutip dari para ulama yang bunyinya sebagai berikut.

“Kekuasaan itu adalah kesenangan di dunia karena di dalamnya diraih kedudukan, harta, terlaksananya keputusan dan menghasilkan segala kesenangan yang kasat mata maupun kesenangan batin. Namun ia adalah penderitaan di akhirat ketika telah berpisah darinya karena kematian dan pertanggungjawaban semua yang terkait dengannya di akhirat.”



Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah,

Demikianlah renungan kita bersama, di hari Jumat yang mulia ini. Semoga bias menjadi bahan memetik hikmah bagi kita semua dalam menghadapai momentum pemilihan umum pejabat publik ,bangsa Indonesia ini.

Demikian khutbah Jumat edisi 16 Januari 2024 tentang menghargai perbedaan politik menjelang Pilpres dan Pemilu 2024.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya