Lifestyle
Kamis, 14 Desember 2023 - 21:45 WIB

Mengenal Covid-19 Subvarian Omicron EG.5 yang Kembali Ngegas di Indonesia

Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan subvarian Omicron EG.5 yang kini mendominasi jumlah kasus Covid-15 di Indonesia umumnya dibawa oleh pelaku perjalanan dari luar negeri. Tak ada salahnya kembali mengenal subvarian lawas ini. Simak ulasannya di info sehat kali ini.

“Datangnya dari mana? Terutama dari perjalanan luar negeri. Kenyataanya varian ini penularannya cepat, tapi fatality-nya sangat rendah,” kata Budi Gunadi Sadikin seusai menghadiri Diskusi Kedaulatan Kesehatan di Jakarta dikutip dari Antara pada Kamis (14/12/2023).

Advertisement

Ia mengatakan, subvarian Omicron EG.1 dan EG.5 telah berhasil diidentifikasi masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan luar negeri dari sejumlah negara tetangga.  Kemenkes melaporkan terdapat lima negara dengan jumlah kasus baru terbanyak dalam beberapa pekan terakhir, yakni Thailand sebanyak 539 kasus, India 293 kasus, Iran 292 kasus, Afganistan 129 kasus, dan Marocco 116 kasus.

Sedangkan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia hari ini dilaporkan mencapai 359 kasus, sebanyak 79 di antaranya dilaporkan sembuh, dan total kasus aktif mencapai 1.449 kasus. Budi mengatakan subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat namun dengan risiko kematian yang rendah.

Advertisement

Sedangkan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia hari ini dilaporkan mencapai 359 kasus, sebanyak 79 di antaranya dilaporkan sembuh, dan total kasus aktif mencapai 1.449 kasus. Budi mengatakan subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat namun dengan risiko kematian yang rendah.

“Itu sebabnya yang masuk rumah sakit dan sampai meninggal sangat sedikit. Kalau pun ada, sebenarnya meninggalnya bukan karena Covid-19, karena penyakit lain, tapi begitu dites ternyata dia positif,” katanya.

Virus ini kali pertama terdeteksi pada musim panas lalu. Strain tersebut disebut EG.5, atau, secara informal, Eris. Sebagai keturunan Omicron, Eris sudah menjadi subvarian virus corona yang dominan di Inggris, dan menginfeksi lebih banyak orang dibandingkan jenis virus lainnya.

Advertisement

“Saya tidak mengetahui data yang menunjukkan bahwa EG.5 menyebabkan kasus COVID-19 yang lebih buruk dibandingkan varian sebelumnya,” kata spesialis penyakit menular dari Yale Medicine  Scott Roberts, MD, dikutip dari yale.medicine.org pada Kamis (14/12/2023).

Lalu apa perbedaan Omicron EG.5 dengan jenis virus corona terbaru lainnya?

Ini tidak jauh berbeda dengan strain terbaru lainnya, jelas Dr. Roberts. Subvarian Omicron EG.5 yang kali pertama diidentifikasi pada Februari lalu merupakan turunan dari varian Omicron yang pertama kali muncul pada November 2021 dan memiliki banyak subvarian. (Perlu dicatat bahwa, kecuali dalam kasus yang jarang terjadi, versi asli Omicron tidak lagi beredar—begitu juga dengan strain asli virus SARS-CoV-2 dan varian awal Alpha dan Delta yang lebih parah.)

Advertisement

Namun, EG.5 memiliki satu mutasi baru pada protein lonjakannya (bagian yang memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel inang) yang berpotensi menghindari sebagian kekebalan yang diperoleh setelah infeksi atau vaksinasi.

“Mirip dengan semua varian yang muncul, ada tingkat penghindaran kekebalan yang lebih tinggi karena sedikit perbedaan dalam genotipe,” kata Dr. Roberts.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan EG.5 sebagai varian of interest, yang berarti negara-negara harus memantaunya lebih dekat dibandingkan strain lain karena mutasi yang dapat membuatnya lebih menular atau parah.

Advertisement

Apakah Omicron EG.5 menimbulkan gejala yang berbeda dibandingkan subvarian virus corona lainnya?

Menurut Roberts, seperti strain Omicron lainnya, EG.5 cenderung menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan pilek, sakit tenggorokan, dan gejala mirip pilek lainnya, dibandingkan dengan gejala saluran pernapasan bagian bawah. Namun orang berusia 65 tahun ke atas atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah berisiko lebih tinggi menularkan virus ke saluran pernapasan bagian bawah, sehingga menyebabkan penyakit parah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif